Jalan “out of the box” Gus Dur, kemudian di finalkan oleh SBY.
Baca juga: SBY dan Aceh: Tentang Memori Kolektif kepada Para Presiden – Bagian II
Gus Dur pernah mengucapkan akan memberikan perlakukan khusus dan pelaksanaan Syariat islam untuk Aceh.
Dalam waktu setahun ia berkuasa, Gus Dur menunaikan janjinya dengan mengajak dan bekerjasama dengan DRR-RI untuk melahirkan UU yang lebih istimewa lagi.
Sejarah kemudian mencatat, Undang-Undang Keistimewaan Aceh itu selanjutnya dijadikan landasan oleh Gus Dur untuk menjadi jalan damai Aceh.
Pada masa Presiden Gus Dur UU Nomor 18/2001 disahkan, yang membuat Aceh menjadi daerah otonomi dan nama Provinsi Aceh berubah menjadi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Tentang tipe ketiga yakni para presiden yang tak pernah berjanji namun berbuat ada dua ; Suharto dan SBY.
Memori publik Aceh tentang presiden ke dua, Suharto mungkin bercampur, antara membangun, sekaligus menindas.
Ingatan tiga, paling kurang dua generasi Aceh tentang Suharto tak bisa dipisahkan dari penderitaan dan kekerasan berpanjangan.
DOM adalah kata yang berasosiasi dengannya, dan memori itu pula yang sangat sukar terhapus, bahkan terawat baik sampai dengan hari ini.
Apapun yang telah dilakukan Suharto ketika ia berkuasa, seperti membangun pendidikan, kesehatan masyarakat, infra struktur dan pembangunan pertanian dan pedesaan dan berbagai aspek pembangunan lainnya, terhapus dengan kata DOM dan konflik Aceh.
Baca juga: Pak Kun, Integritas, dan Keberuntungan Aceh - Bagian 1
Bagaimana dengan SBY?
Mungkin tak salah untuk menyebutkan SBY adalah presiden yang tak akan pernah dilupakan dan paling dicintai oleh masyarakat Aceh sampai kapanpun.
Ia adalah presiden yang mapu dan berani menempuh “jalan terjal” untuk membawa Aceh keluar dari kemelut yang luar biasa.
Ia nyaris tak penah berjanji apapun apa yang dibuat untuk Aceh ketika berkampanye menjadi presiden, selain seruan damai dan Aceh lebih baik.
SBY seakan dikirim oleh Yang Maha Kuasa-“seakan campur tangan langit” untuk menghilangkan penderitaan panjang, sekaligaus dengan “cobaan tambahan” penderitan sangat pedih bagi rakyat Aceh dengan bencana Tsunami.