Pada akhir Desember 2023, mereka menyudahi pencarian ikan karena tangkapan sudah penuh.
Musibah itu terjadi ketika ketiga nelayan tersebut sedang dalam perjalanan pulang ke daratan Aceh.
Mereka pulang dengan tangkapan melimpah dan bagian palka berisi penuh dengan ikan.
Namun nahas, papan kayu dinding kapal pecah.
Akhirnya air pun dengan cepat masuk ke dalam lambung kapal hingga kapal pun tenggelam.
Bertahan Dengan Kopi Instan 11 Hari di Laut Lepas
Rinal Junaidi menuturkan, dia terombang-ambing di lautan selama 11 hari setelah lambung depan kapal yang terbuat dari papan, pecah.
Saat pecah, ombak di perairan tidak terlalu besar.
"Kami berupaya menutupi lambung kapal yang pecah tersebut dengan kain, namun tidak berhasil, akhirnya kapal karam sampai di bagian atap. Kami bertahan di atas atap rumah kapal tersebut," kata Rinal.
Saat berlayar dari Banda Aceh, mereka sempat berlindung di Kepulauan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, karena cuaca buruk.
Dari Kepulauan Pulo Aceh, mereka menuju ke perairan barat Pulau Weh, Kota Sabang untuk menangkap ikan.
Demi bertahan hidup, mereka memakan kopi instan dalam kemasan dan meminum air laut.
Sedangkan air tawar, mereka dapatkan saat gerimis.
Begitu juga saat tidur, mereka tidur seadanya yang dibalut dengan terpal dari parasut untuk mencegah kedinginan.