"Kami juga siap dengan segala macam kondisi. Tetapi yang ingin kami tekankan kepada seluruh pihak, jangan hanya karena satu orang, mengganggu kontestasi Pemilu yang sudah berjalan sangat bagus sekarang ini," tegasnya.
Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Insiden kekerasan menimpa seorang kader PKS di wilayah Simpang Keuramat, Aceh Utara, pada Sabtu (13/1/2024) siang lalu.
Sehingga kader PKS atas nama Denny Safrizal pun, mengalami pendarahan di bagian hidung dan secara resmi telah membuat laporan ke Polres Lhokseumawe.
Sedangkan pihak terlapor adalah M Dahlan atau yang akrab disapa Maklan.
Dalam upaya penyelesaian perkara ini secara persuasif, pihak aparatur gampong dan tokoh-tokoh agama di Simpang Keuramat dilaporkan telah turun tangan.
Akan tetapi, sampai saat ini belum ada titik temu untuk diselesaikan secara damai tingkat gampong dan secara adat istiadat.
Sedangkan untuk menanggapi insiden ini, Komite Peralihan Aceh (KPA) Pase dan KPA Kuta Pase pun angkat bicara.
Karena yang terlapor pada insiden ini, yakni Maklan, merupakan seorang mantan kombatan yang juga kader Partai Aceh.
Jadi untuk menangggapi insiden ini, KPA pun menggelar konferensi pers di halaman Hotel Lido Graha Lhokseumawe, pada Jumat (19/1/2023).
Baca juga: Kader PKS Alami Kekerasan di Aceh Utara, Ini Pengakuan Korban, Penjelasan Maklan, dan Harapan Ulama
Terlihat di lokasi konferensi pers, para petinggi KPA Kuta Pase dan KPA Pase serta para anggota KPA yang memenuhi halaman hotel tersebut.
Juru Bicara KPA Kuta Pase, Halim Abe, di hadapan awak media, awalnya menyatakan kalau pihaknya hadir di sini, turut ditemani oleh teman-teman dari kombatan, pimpinan wilayah Pasee maupun Samudera Pase.
"Hari ini kita ingin menyampaikan ada beberapa hal yang menjadi simpang siur dalam Pileg kali ini, terkait dengan beberapa kejadian yang menjadi pelanggaran Pemilu," katanya.
Di media, kata Halim Abe, pihaknya membaca beberapa hal terkait kasus yang terjadi di Simpang Keuramat yang melibatkan kader Partai Aceh dan Caleg PKS.
Jadi, lanjut Halim Abe, kasus yang terjadi di Simpang Keuramat adalah perkara penurunan alat peraga kampanye yang dalam hal ini juga termasuk wewenang dari Bawaslu, Gakkumdu, dan pihak lainnya.
Ditamsilkan Halim Abe, pesta demokrasi, baik itu Pileg, Pilkada, dan segala macam itu, seperti pemain bola yang sedang bermain di lapangan yang becek.
Artinya, dalam pertandingan itu siapa pun yang bermain akan siap dan paham akan hal-hal yang akan terjadi.
"Karena lapangan tersebut becek, jangan sampai kena sedikit, akhirnya mengadu," katanya.
Menurut Halim Abe, kejadian yang menimpa Caleg PKS, jangan dianggap sebagai sesuatu hal yang luar biasa.
Karena apa yang dialami oleh Partai Aceh, belum seberapa yang dialami oleh partai lain.
Baca juga: KPA Peureulak Desak Polisi Tangkap Pelaku Perusakan APK Caleg
"Di Pileg atau Pilkada dulunya, kita tidak melakukan upaya hukum apa-apa terhadap apa yang menimpa kader Partai Aceh, bahkan sampai ditembak, mobil dibakar dan lainnya. Karena kita mengetahui ini ibaratnya bermain bola di lapangan becek, tentu harus siap segala yang terjadi," tegas Halim Abe.
Diuraikan juga, setelah insiden menimpa kader PKS tersebut, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah persuasif, mendekati pihak korban, keluarga korban, dan lain segala macam, untuk diselesaikan secara bermartabat.
"Ternyata pintu itu ditutup dan niat baik kita itu tidak di tanggapi," terangnya.
Dipastikan Halim Abe, pihaknya tidak masalah, kalau pun pintu itu di tutup.
"Kami juga siap dengan segala macam kondisi. Tetapi yang ingin kami tekankan kepada seluruh pihak, jangan hanya karena satu orang, mengganggu kontestasi Pemilu yang sudah berjalan sangat bagus sekarang ini," tegasnya.
Intinya, Halim Abe menginginkan agar rekan mereka, M Dahlan, tidak didiskriminasi dan diperkusi dalam bentuk pelanggaran pidana umum.
Karena pemukulan yang dilakukan oleh M Dahlan ada pemicunya.
Baca juga: Mualem Tunjuk Gambit Sebagai Ketua KPA Aceh Barat
"Upaya damai sudah kita lakukan, dimulai dari pendekatan dan segala bentuk lainnya, tetapi sepertinya mereka ada kekuatan lain yang mem-back-up sehingga jangan damai. Jadi kita berharap pada kejadian ini, jangan ada upaya-upaya untuk mem-back up guna memperkeruh suasana di sini," pungkasnya.
Sementara itu, Saiful Bahri alias Pon Yahya selaku tokoh KPA Pase juga angkat bicara.
Menurutnya, sesuai informasi yang telah dihimpun di lokasi, dasarnya sebelum insiden pemukulan, M Dahlan sudah kooperatif.
"Karena pada saat diajak berantem, dia juga tidak langsung meladeninya," katanya.
Karena itu, Pon Yahya menyampaikan, sesuai dengan keistimewaan Aceh, bahwa tidak semua perkara dilimpahkan ke ranah hukum dan bisa diselesaikan dengan qanun, maka perkara seperti ini agar bisa diselesaikan di gampong secara adat.
Lalu, Juru Bicara PA Lhokseumawe, Faisal H Isa, juga menyebutkan, masalah yang terjadi di Simpang Keuramat sebenarnya ini bukan masalah yang seharusnya diselesaikan di ranah selanjutnya.
"Karena ini bisa diselesaikan secara adat istiadat ataupun kekeluargaan di tempat kejadian. Namun kita menilai, ada orang tertentu yang ingin mengintervensi hal ini menjadi lebih lagi," katanya.
Faisal juga memastikan, kalau M Dahlan ini orang yang lembut.
Tetapi kenapa hal ini terjadi, karena ada pemicunya.
Baca juga: Kodim 0117/Atam Buka Posko Pengaduan Pelanggaran Pemilu 2024
Diuraikan juga, sekarang ini bisa dilihat warna-warnai alat peraga kampanye yang ada di jalan, semua kondusif dan aman.
"Jadi kita berharap pihak-pihak yang ingin mengintervensi perdamaian di Aceh khususnya di pusat, tolong hargai perdamaian yang sudah ada, jangan memperkeruh suasana karena ini hal sepele, seakan terjadi hal yang besar," harapnya.
Ditambahkan Faisal, sesuai dengan Qanun Nomor 9 Tahun 2008, hal ini bisa diselesaikan di pihak desa sendiri.
"Tetapi kita sayangkan, ada pihak terkait mungkin tidak menerima," demikian Faisal.
Diberitakan sebelumnya, insiden kekerasan dilaporkan menimpa seorang kader PKS di wilayah Simpang Keuramat, Aceh Utara, pada Sabtu (13/1/2024) siang.
Sehingga kader PKS atas nama Denny Safrizal pun, mengalami pendarahan di bagian hidung dan secara resmi telah membuat laporan ke Polres Lhokseumawe.
Sedangkan pihak terlapor adalah M Dahlan atau kerap disapa Maklan.
Sementara Maklan sendiri mengakui adanya insiden tersebut.
Baca juga: Jika Temukan Dugaan Pelanggaran Pemilu, Silakan Lapor ke Sini dan Posko Pengaduan Panwaslih Se-Aceh
Namun terjadinya pemukulan olehnya saat terjadi cek-cok mulut antara korban dengan keuchik setempat, terkiat penurunan bendera PKS yang diklaim pihak Maklan dipasang masih di sekitar lingkungan Masjid Babussalam Simpang Keuramat.
Sementara itu seorang tokoh agama Simpang Keuramat, Tgk Syafiie Majid, mengharapkan perkara ini bisa diselesaikan secara damai sesuai adat istiadat gampong. A
palagi mengingat keduanya merupakan sama - sama warga Simpang Keuramat dan berada dalam satu kemasjidan.
Sementara itu, dalam rilis yang diterima Serambinews.com, DPD PKS Aceh Utara menyayangkan atas terjadinya pemukulan terhadap Sekretaris DPD PKS Aceh Utara yang juga Caleg PKS Aceh Utara Dapil 3 Denny Safrizal.
Denni Safrizal dipukul dan di ancam dengan sebilah parang di sebuah warung kopi di Simpang Keuramat Aceh Utara sekitar jam 14.30 WIB.
Setelah pemukulan, warga yang berada di warung tersebut membantu agar tidak terjadi keributan lebih lanjut.
Setelah itu Denny pun langsung menuju ke DPD PKS Kota Lhokseumawe dan melaporkan kejadian tersebut kepada Polres Kota Lhokseumawe.
Denny Safrizal, selaku korban menerangkan bahwa dia diancam agar segera menurunkan bendera PKS yang dipajang di Jalan Keude Simpang Peut, Kecamatan Simpang Keuramat.
Baca juga: Panwaslih ‘Ngopi’ dengan Wartawan, Ajak Media Awasi Bersama Pelanggaran Pemilu 2024 di Simeulue
Namun, Denny bersikeras tidak mau menurunkan dan diancam akan ditebas parang.
Denny pun menjawab, silahkan saja.
Setelah itu oknum pelaku membuang parang dan memukul Denny.
Sementara Taufiq Hidayah selaku Ketua Kepemudaan dan Pengamanan DPD PKS Aceh Utara mengharapkan, polisi dalam hal ini Polres Kota Lhokseumawe agar segera menindaklanjuti laporan dari korban, dan agar terlapor dapat segera ditangkap, karena hal ini menyangkut ancaman dengan senjata tajam dan penganiayaan.
Taufiq melanjutkan, pihaknya sangat percaya polisi dapat bekerja profesional dan bisa dengan cepat menuntaskan kasus ini.
Selain hal tersebut, Taufiq juga mengatakan bahwa pihak Denny sudah mempersiapkan pengacara khusus untuk menindaklanjuti kasus ini dengan serius.
Sementara M Dahlan atau kerap disapa Maklan, menyatakan insiden ini dasarnya terjadi sehubungan Denny diklaim telah menempatkan atribut partai PKS masih di lingkungan sarana ibadah, yakni di lingkungan Masjid Babussalam Simpang Keuramat.
"Jadi secara aturan Pemilu kan tidak boleh," katanya.
Baca juga: Panwaslih Simeulue Ajak Wartawan Awasi Bersama Pelanggaran Pemilu 2024
Jadi Maklan dalam kapasitas sebagai Ketua Pembangunan Masjid Babussalam meminta pada dia agar menurunkan bendera tersebut.
Sehingga terjadi cek-cok mulut.
"Setelah itu, saya hendak pergi. Saat menuju mobil, saya melihat dia (Denny) mengikuti saya di belakang dan membawa sebuag benda panjang dan bersarung," katanya.
Sehingga dipikir Maklan, dia membawa senjata tajam.
"Maka langsung membuka pintu mobil dan mengeluarkan parang dari sarungnya dan meletakkan di lehernya.
"Saya bilang, keluarkan parang kamu, kita bacok-bacokan di sini. Setelah itu dia pun memperlihatkan benda bersarung tersebut hanya berupa tripot. Karena yang dia bawa bukan parang, maka saya kembali sarungkan parang saya," paparnya.
Setelah itu, Maklan pun kembali ke warung untuk pesan kopi.
Beberapa menit kemudian, lanjut Maklan, lewat Keuchik Simpang Peut bersama seorang Kadus.
Sehingga Maklan meminta berhenti dan minum kopi.
Baca juga: Dosen Ilmu Komunikasi Unimal Paparkan Potensi Pelanggaran Pemilu Setelah Penetapan DCT
"Lalu saya tanya ke keuchik, apa boleh pasang atribut partai di lingkungan masjid. Keuchik jawab tidak boleh, maka saya minta agar diturunkan," paparnya.
Setelah itu, lanjut Maklan, terjadilah cek-cok antara Denny dengan keuchik.
"Karena saya melihat ada yang gertak keuchik kampung saya, maka saya kembali emosi dan gelap mata. Sehingga saya langsung meninju di mukanya. Setelah itu warga pun melerainya," kata Maklan.
Sementara itu, seorang tokoh agama Simpang Keuramat Tgk Syafiie Majid, mengharapkan kalau insiden ini bisa diselesaikan secara damai saja.
Apalagi insiden ini melibatkan sesama orang orang Simpang Keuramat dan masih dalam satu wilayah kemasjidan.
"Mari diselesaikan secara adat istidat digampong saja, sehingga nantinya bisa saling memaafkan. Kita pun bisa kembali harmonis," harap Tgk Syafiie Majid.(*)
Baca juga: Belasan Personel Reskrim Polres Aceh Utara Dilatih Cara Menangani Pelanggaran Pemilu