Aceh Punya Kriteria dalam Memilih Pemimpin, Dr Taqwaddin: Tuha, Tu ho, Teupue, dan Teupat
SERAMBINEWS.COM – Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah (Orwil) Aceh, Dr Taqwaddin SH SE MS mengatakan, masyarakat Aceh memiliki kearifan dalam menentukan kriteria pemimpin.
Secara adat budaya masyarakat Aceh, kata dia, kriteria pertama itu adalah ‘Tuha’ atau dewasa.
“Matang secara berfikir dan psikis, lengkap sempurna dia. Tidak semata-mata tentang usia,” ujarnya dalam program Serambi Spotlight, Rabu (6/3/2024).
Program yang tayang di Youtube Serambinews ini mengangkat tema ‘Aceh Butuh Sosok Pemimpin Teladan’, yang dipandu oleh News Manager Serambi Indonesia, Bukhari M Ali.
Kriteria kedua, kata Taqwaddin, yakni ‘Tu ho’ yang berarti memahami persoalan dan mengetahui arah penyelesaiannya.
Sehingga ketika terjadi suatu permasalahan, pemimpin tersebut dapat segera mengambil solusi.
Baca juga: Nuansa Pilkada Subulussalam Makin Terasa, Berikut Delapan Tokoh yang Diprediksi Maju Jadi Calon
Selanjutanya ‘Teupeu’ yang berarti orang tersebut tahu atau paham dengan berbagai informasi yang didapatkannya. Lalu ‘Teupat’ yang berarti bisa dipercaya.
“Inilah empat prinsip kearifan Aceh dalam menentukan pemimpin,” ujarnya.
Dalam konteks kekinian, sebut Taqwaddin, pemimpin harus memiliki elektabilitas, yakni perpaduan antara popularitas dan kapasitas.
Kemudian yang terakhir adalah ‘isi tas’. “Ini yang agak berat. Kalau ada (isi tas) mungkin cocok jadi pemimpin, karena (pemimpin itu) ujung-ujungnya dipilih (oleh rakyat),” ungkapnya.
Taqwaddin menyebut, dirinya ada menulis pada satu bab dalam sebuah buku berjudul ‘Aceh 2024’ yang diterbitkan pada awal tahun 2024.
Di mana bab tersebut berjudul ‘Keuangan Yang Maha Kuasa’.
“Isi tas itu menentukan segala-galanya karena ‘Keuangan Yang Maha Kuasa’. Jadi orang tidak mau pikir panjang lagi, sehingga siapa yang ngasih uang itu yang dipilih,"
"Maka sekarang kita lihat apa yang terjadi, jor-joran,” papar mantan Kepala Ombudsman Perwakilan Aceh ini.
Taqwaddin mengungkapkan, apabila praktik ini terus terjadi maka susah untuk mengharapkan pemimpin yang teladan.
Baca juga: Usai Pemilu 2024, Masyarakat akan Dihadapkan Pilkada Serentak 2024, Ini Jadwal dan Tahapannya
Sehingga hal-hal seperti ini tidak bagus untuk iklim demokrasi dan berujung pada munculnya ketidakpercayaan publik.
Karena itu, Taqwaddin berharap sosok yang ingin memimpin Aceh dapat memahami keistimewaan dan kekhususan yang telah diberikan kepada Aceh.
“Keistimewaan Aceh itu ada empat, Syariat Islam, peran Ulama, pendidikan, dan adat budaya,” sebutnya.
Sementara kekhususan yang diberikan kepada Aceh itu ada 26, salah satunya Qanun.
“Maka kita carilah orang-orang yang paling tidak dia paham sedikit tentang Aceh. Sehingga nantinya kepala daerah di Aceh punya nilai tawar-menawar,” papar Taqwaddin.
Kuncinya itu, sebut Taqwaddin, ada di partai politik pengusung.
Namun jika partai politik tidak berpihak pada rakyat, maka bersiaplah rakat tidak akan memilihnya.
“Kedaulatan ada ditangan rakyat, tapi rakyatnya jangan terpengaruh sama uang,” pungkasnya. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)