Lalu setelah dua tahun, mereka mencoba mandiri dengan berjualan di Kaki Lima sebuah pasar rakyat atau di hari pekan.
Akan tetapi, karena ketekunan didukung kesabaran, doa dan penghitungan (boh tektok) yang matang, perlahan mereka beralih menjadi pedagang di toko, grosiran hingga distributor produk tertentu dari pabrik.
Baca juga: Peluang Sejahtera Setelah Merantau - Satu Jam Bersama Diaspora
Keberhasilan orang Pidie dalam sektor perantauan (hijrah) dan perdagangan kemudian tertancap julukan orang Pidie sebagai “Cina Hitam”.
Julukan ini karena sifat merantau dan berniaga di panggung dunia adalah milik Cina yang terkenal berkulit putih dan mata sipit.
Sementara orang Pidie juga memiliki sifat serupa, namun kulit mereka rata-rata berbeda dengan Cina.
Bukan Lagi Cina Hitam?
Seiring dengan perkembangan zaman, daerah ini sudah mulai berkurang pamornya, dengan berkurangnya pengaruh tokoh-tokoh Pidie, baik di Aceh Darussalam maupun di Indonesia, apalagi di panggung dunia.
Untuk saat ini dapat disimpulkan “Cina Hitam Pidie” sudah menjadi laksana legenda.
Artinya, indatu orang Pidie lebih hebat dari Generasi Milenial dan Zelenial (Gen Z). Akhir-akhir ini pengusaha yang berasal dari daerah Pidie ini mulai memudar pengaruh.
Surya Paloh Sosok Inspiratif
Pada era awal kemerdekaan RI hingga Orde Baru, masih bermunculan pengusaha yang berasal dari Pidie.
Sebut saja Ibrahim Risjad (asal Reubee, Delima), Surya Paloh (asal Paloh Keumala), Ibrahim Pidie (asal Reubee, Delima) dan lainnya.
Akan tetapi, saat ini tampaknya hanya Surya Paloh yang masih bertahan di panggung nasional.
Surya Paloh masih bertahan dalam dunia bisnis hingga politik.
Baca juga: 4 Tentara Bayaran dari Indonesia Tewas, Rusia Ungkap Data Tentara Bayaran Asing Bertempur di Ukraina
Harus diakui, Surya Paloh adalah salah satu King Maker politik Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.