“Menyerang fasilitas nuklir sama sekali tidak boleh dilakukan,” Grossi memperingatkan, sekaligus mengutuk retorika nuklir secara umum.
“Saya percaya bahwa normalisasi pembicaraan tentang senjata nuklir, penghentian senjata nuklir, pembuatan senjata nuklir benar-benar menyedihkan,” katanya.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang memegang keputusan terakhir mengenai program nuklir Teheran, mengeluarkan fatwa atau keputusan agama, pada awal tahun 2000an yang melarang pengembangan senjata nuklir karena bertentangan dengan “semangat Islam.”
Namun meski Iran menyangkal pernah membuat senjata semacam itu, Israel dan negara-negara Barat yakin negara tersebut memiliki program senjata nuklir aktif setidaknya hingga tahun 2003.
Grossi mengatakan pada Februari lalu, Iran terus memperkaya uranium dengan tingkat kemurnian hingga 60 persen.
Angka tersebut jauh melampaui kebutuhan untuk penggunaan nuklir komersial dan hanya selangkah lagi menuju tingkat kemurnian senjata sebesar 90 persen.
Iran mengklaim program nuklirnya hanya untuk kepentingan sipil, merujuk pada fatwa tersebut.
Namun, para ahli mengatakan tidak ada penggunaan uranium yang diperkaya pada tingkat tersebut oleh pihak sipil, dan Iran diketahui meningkatkan aktivitas nuklirnya untuk melenturkan kekuatan mereka pada saat ketegangan meningkat dengan Barat.
Israel dan negara-negara lain menuduh Iran berupaya membuat senjata nuklir meskipun ada larangan, melobi untuk memberikan sanksi, dan memberikan ancaman militer yang dapat dipercaya jika tindakan pengamanan dilanggar.
Seorang komandan senior Korps Garda Revolusi Islam memperingatkan pekan lalu, negara tersebut dapat meninjau kembali kebijakan nuklirnya mengacu pada fatwa yang melarang pengembangan senjata.
Namun pada Senin kemarin, Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan bahwa senjata nuklir tidak memiliki tempat dalam doktrin negaranya.
Ketegangan antara Israel dan Iran telah sedikit mereda setelah ketegangan pada paruh pertama April yang dimulai dengan dugaan serangan udara Israel terhadap sebuah gedung di kompleks konsulat Iran di Damaskus, Suriah, yang menewaskan tujuh anggota IRGC, termasuk dua jenderal.
Iran membalas pada 13 April dengan meluncurkan lebih dari 300 rudal dan drone, yang hampir seluruhnya dicegat oleh Israel atas bantuan Amerika Serikat dan sekutu lainnya.
Meski demikian, seorang gadis Badui berusia tujuh tahun di selatan terluka parah dalam serangan itu.
Kemudian kerusakan kecil terjadi pada pangkalan udara Nevatim di luar Beersheba.