Kemah Anti Israel Menyebar ke MIT dan Beberapa Kampus di AS usai Kerusuhan di Columbia University

Penulis: Sara Masroni
Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gerakan berkemah anti-Israel menyebar ke beberapa kampus di Amerika Serikat (AS) termasuk Massachusetts Institute of Technology (MIT).

"Kota harus memastikan bahwa siswa dapat berjalan-jalan di Broadway dan Amsterdam tanpa takut dilecehkan,” sambungnya.

Universitas-universitas di luar negeri, terutama di AS, telah menjadi tempat terjadinya protes besar-besaran anti-Israel sejak 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 253 orang.

Di Kolombia, pengunjuk rasa pro-Palestina dan pro-Israel saling berhadapan secara teratur dalam enam bulan terakhir, ketika Israel mengobarkan perang melawan Hamas di Jalur Gaza.

Namun, protes anti-Israel semakin meningkat dalam seminggu terakhir, setelah universitas tersebut meminta NYPD (kepolisian) untuk membantu membongkar sebuah perkemahan yang didirikan untuk mendukung Gaza.

Selama pembubaran mahasiswa yang melakukan protes pada Rabu lalu, polisi menangkap lebih dari 100 orang, termasuk putri Perwakilan AS Ilhan Omar, seorang kritikus keras terhadap Israel.

Setiap malam sejak itu, para pengunjuk rasa berbaris melalui kampus sambil memukul-mukul panci dan wajan serta meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan intifada atau pemberontakan melawan Israel.

Dalam dua intifada sebelumnya, ratusan warga Israel dalam serangan teror.

Para pengunjuk rasa pada demonstrasi tersebut juga menyatakan identifikasi mereka terhadap Hamas dan menyerukan serangan lebih lanjut seperti yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.

Di tengah protes yang intens, presiden Columbia, Nemat Shafik menghadiri sidang kongres tentang meningkatnya antisemitisme di kampus Capitol Hill pada Rabu lalu.

Para pemimpin Universitas Harvard dan Universitas Pennsylvania terpaksa mengundurkan diri setelah panel serupa pada bulan Desember.

Mereka menuai kritik keras karena menolak secara eksplisit mengatakan bahwa menyerukan genosida terhadap orang-orang Yahudi melanggar kode etik universitas mereka.

(Serambinews.com/Sara Masroni) 

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkini