Pasukan tank kemudian mengidentifikasi laras senapan dari salah satu jendela gedung dan yakin itu adalah pasukan musuh sehingga mereka menembakkan dua peluru.
Namun ternyata itu adalah tentara Israel.
Insiden ini sedang diselidiki lebih lanjut.
Baca juga: HAMAS Lakukan Operasi ‘Pembersihan’ Israel di Jabalia, Serangan Tingkat Tertinggi Sejak 7 Oktober
Masalah Komunikasi
Dari 278 tentara Israel yang tewas di Jalur Gaza selama serangan darat Israel terhadap Hamas, yang dimulai pada akhir Oktober, setidaknya 49 orang tewas akibat tembakan teman dan kecelakaan lainnya, menurut data IDF.
IDF menilai ada banyak sekali alasan yang menyebabkan kecelakaan mematikan ini, termasuk masalah komunikasi antar pasukan dan kelelahan tentara serta tidak memperhatikan peraturan.
Sebanyak 1.712 tentara lainnya terluka dalam operasi darat tersebut – 338 luka berat, 566 luka sedang, dan 808 luka ringan, menurut data IDF.
Pada hari Sabtu, pasukan Israel kembali ke Jabaliya setelah IDF mengidentifikasi Hamas berkumpul kembali di sana.
Kota yang terletak di utara Kota Gaza ini adalah salah satu target pertama serangan darat Israel ke Gaza, yang diluncurkan pada akhir Oktober ketika Yerusalem berusaha untuk mengusir Hamas dan mengembalikan sandera yang ditahan di Jalur Gaza.
Pertempuran di Jabaliya telah berlangsung sengit dalam beberapa hari terakhir.
Para pejabat militer melaporkan sejumlah besar tembakan RPG terhadap pasukan, sebagian besar menargetkan tank dan kendaraan lapis baja.
IDF mengatakan tentara telah membunuh lebih dari 150 pria bersenjata di kamp Jabaliya di tengah operasi terbaru tersebut.
Dalam satu insiden di Jabaliya pada hari Rabu, seorang tentara terluka setelah RPG menghantam pengangkut personel lapis baja Namer, kata IDF.
Baca juga: VIDEO BIADAB! IDF Takut Ditembak Hamas, 3 Bocah Palestina Dijadikan TAMENG HIDUP
Sementara itu, Brigade Komando IDF dikerahkan ke Rafah selatan Gaza semalam, bergabung dengan Divisi 162 yang telah beroperasi di bagian timur kota itu sejak awal bulan ini, kata militer pada Kamis.
Langkah ini dilakukan ketika pemerintah Israel diperkirakan akan menyetujui perluasan serangan di sana.