Haji Berkali- kali dan Minus Empati Kepada Orang Sekitar, Tgk Mustafa: Fenomena Ini sungguh Ironi
SERAMBINEWS.COM – Di masyarakat, ada fenomena di mana seseorang naik haji sudah berkali-kali, namun tidak peduli terhadap fakir miskin di lingkungannya.
Fenomena ini sungguh ironis dan menjadi hal yang perlu dipertimbangkan secara mendalam dalam konteks pelaksanaan nilai-nilai agama, khususnya dalam Islam.
Ketua Umum DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla mengatakan, seorang Muslim yang memiliki kemampuan finansial untuk berhaji secara berulang-ulang, tetapi tidak memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan di sekitarnya, secara tidak langsung mengabaikan ajaran Islam tentang kepedulian sosial dan keadilan.
“Dalam ajaran Islam, menjalankan ibadah haji dan memberikan bantuan kepada orang miskin seharusnya saling melengkapi, bukan bertentangan."
"Al-Qur'an menekankan pentingnya memberikan bantuan kepada orang miskin dan memperluas kebaikan kepada sesama sebagai bagian integral dari praktek keagamaan,” ujarnya, Kamis (23/5/2024).
Sebagai contoh, dalam Surah Al-Baqarah ayat 267, Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk berinfak sebagian dari hasil usaha kita yang baik-baik dan diperoleh dengan cara yang halal, sebab Allah itu baik dan hanya menerima yang baik-baik
Bukan hanya itu, sedekah dan kedermawanan akan menghilangkan kecemburuan dan penyakit sosial lainnya di tengah masyarakat, yang pada gilirannya akan menciptakan stabilitas sehingga kegiatan perekonomian akan semakin produktif dan karunia Allah bertambah.
“Pesan ini menggarisbawahi pentingnya memberikan bantuan dengan tulus dan ikhlas kepada mereka yang membutuhkan,” sebut Tgk Mustafa, yang merupakan alumni Dayah Darul Muaarif Lam Ateuk dan BUDI Lamno.
Dikatakannya, ketimpangan antara berhaji berkali-kali dan ketidakpedulian terhadap fakir miskin di sekitar mencerminkan ketidakseimbangan dalam pelaksanaan nilai-nilai agama.
Meskipun berhaji secara berulang-ulang dapat meningkatkan spiritualitas seseorang, tujuan sejati dari ibadah haji terletak dalam transformasi sosial dan moral yang membawa manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, jika seseorang memilih untuk berhaji berkali-kali tanpa memperhatikan kebutuhan dan penderitaan orang di sekitarnya, maka tujuan sejati dari ibadah haji belum sepenuhnya tercapai.
Oleh karena itu, penting untuk mencari solusi yang memperbaiki ketimpangan ini.
Memilih untuk berhaji sambil membantu orang miskin di sekitar adalah langkah yang sangat bermakna dalam menjalankan ajaran agama dengan sepenuhnya.
“Ini tidak hanya tentang memberikan bantuan materi, tetapi juga tentang memperkuat hubungan sosial dan membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berempati,” tuturnya.