Dr dr Sulaiman Yusuf SpA(K), Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USK/RSUDZA Banda Aceh
ENDOSKOPI adalah prosedur medis yang sering digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati berbagai kondisi dalam sistem pencernaan. Meskipun prosedur ini lebih umum dilakukan pada orang dewasa, endoskopi juga memiliki peran penting dalam perawatan kesehatan anak-anak. Prosedur ini bisa menjadi alat diagnostik yang sangat berharga, namun ada beberapa aspek penting yang perlu dipahami oleh orang tua dan masyarakat umum.
Apa Itu endoskopi?
Endoskopi adalah prosedur di mana sebuah alat fleksibel dengan kamera di ujungnya (disebut endoskop) dimasukkan ke dalam tubuh untuk melihat bagian dalam organ dan saluran tubuh. Pada anak-anak, endoskopi sering digunakan untuk memeriksa saluran pencernaan atas (esofagastroduodenoskopi/EGD) dan bawah (kolonoskopi). Prosedur ini bisa membantu dokter untuk melihat dan mengambil sampel jaringan (biopsi), serta melakukan tindakan pengobatan jika diperlukan.
Endoskopi memungkinkan dokter untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan rinci dari bagian dalam tubuh anak tanpa perlu melakukan operasi besar. Prosedur ini sering digunakan untuk memeriksa gejala yang tidak dapat dijelaskan seperti nyeri perut, perdarahan dari saluran pencernaan, atau gangguan pertumbuhan. Dengan bantuan endoskopi, dokter bisa mendiagnosis masalah dengan lebih akurat dan merencanakan pengobatan yang tepat.
Tindakan endoskopi dilakukan oleh dua pakar, untuk pasien anak (< 19> 18 tahun) tindakan dilakukan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastro-Entero-Hepatologi (SpPD,K-GEH).
Manfaat endoskopi
Endoskopi pada anak dapat dilakukan karena beberapa alasan, antara lain: Pertama, ekstraksi benda asing. Anak-anak sering memasukkan benda asing ke dalam mulut mereka yang bisa tertelan dan tersangkut di saluran pencernaan. Endoskopi memungkinkan dokter untuk melihat dan mengeluarkan benda asing tersebut dengan aman.
Kedua, diagnosis penyakit radang usus kronis. Penyakit seperti penyakit Crohn dan kolitis ulseratif bisa didiagnosis dengan bantuan endoskopi. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melihat peradangan dan kerusakan pada usus serta mengambil sampel jaringan untuk analisis lebih lanjut.
Ketiga, refluks (gumoh) yang tidak respons terhadap terapi. Jika anak mengalami refluks yang tidak membaik dengan pengobatan standar, endoskopi bisa membantu mencari tahu penyebabnya dan menentukan pengobatan yang lebih efektif.
Keempat, gangguan tumbuh kembang atau disfagia. Anak-anak yang mengalami kesulitan menelan atau pertumbuhan yang tidak normal mungkin memerlukan endoskopi untuk evaluasi lebih lanjut. Prosedur ini bisa membantu dokter melihat apakah ada penyempitan atau hambatan di saluran pencernaan.
Manfaat utama dari endoskopi adalah kemampuannya untuk memberikan gambaran langsung dan rinci dari organ dalam, memungkinkan diagnosis yang lebih akurat dan tindakan pengobatan yang tepat. Dengan endoskopi, dokter bisa melihat kondisi yang tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau tes pencitraan biasa seperti X-ray atau ultrasound.
Risiko dan komplikasi
Seperti prosedur medis lainnya, endoskopi memiliki risiko dan komplikasi yang perlu dipertimbangkan. Meskipun jarang, komplikasi bisa terjadi dan penting bagi orang tua untuk menyadari hal ini. Beberapa risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi meliputi: Pertama, perdarahan. Bisa terjadi terutama jika ada biopsi atau tindakan terapeutik lainnya. Perdarahan biasanya ringan dan dapat dikendalikan, tetapi dalam kasus yang jarang, mungkin memerlukan intervensi tambahan.
Kedua, perforasi. Lubang atau robekan pada dinding saluran pencernaan adalah komplikasi serius yang membutuhkan perawatan segera. Meskipun jarang, perforasi bisa terjadi selama prosedur endoskopi terutama jika ada tindakan seperti dilatasi atau pengangkatan polip. Ketiga, infeksi. Meskipun jarang, infeksi bisa terjadi setelah prosedur.
Untuk mengurangi risiko ini, dokter dan tim medis akan memastikan bahwa semua peralatan steril dan prosedur kebersihan diikuti dengan ketat. Keempat, reaksi terhadap sedasi (pembiusan). Anak-anak sering membutuhkan sedasi untuk menjalani endoskopi, yang bisa menyebabkan reaksi seperti mual, muntah, atau bahkan masalah pernapasan. Sedasi yang digunakan selama prosedur dapat menyebabkan efek samping yang bervariasi tergantung pada respons individu anak terhadap obat tersebut.