Sosok Gregor Johann Haas, Kartel Narkoba Pimpinan El Chapo, Akan Dibarter dengan Alice Guo

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gregor Johann Haas merupakan kartel narkoba,

SERAMBINEWS.COM - Sosok Gregor Johann Haas merupakan warga Australia yang sempat tinggal di Indonesia.

Gregor Johann Haas merupakan kartel narkoba, yang terhubung dengan Kartel Sinaloa pimpinan Joaquin "El Chapo" Guzman.

Sejak Desember 2023, Gregor resmi jadi buronan Badan Narkotika Nasional (BNN) RI.

 Ia diburu atas pengiriman keramik lantai yang diisi dengan lebih dari lima kilogram (11 pon) sabu.

Ada enam orang yang sempat ditangkap BNN.

Setelah BNN menangkap komplotan Gregor, pria yang disebut sebagai ayah dari pemain liga rugbi populer Australia, Payne Haas ini melarikan diri ke Filipina.

Dalam pelariannya, ia menyamar menggunakan nama Fernando Tremendo Chimenea.

 
Setelah lama diburu, Gregor akhirnya ditangkap.

Ia dibekuk petugas gabungan FILD bersama dengan PIT Cebu dari RIU 7.

Penangkapan Gregor berlangsung pada Rabu (15/5/2024) lalu di Cebu, Filipina.

Dikutip dari AP, saat ini Gregor tengah ditahan di Kota Bogo, provinsi tengah Cebu.

 

Akan Dibarter dengan Alice Guo

Filipina bakal menyerahkan buron Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Gregor Johann Haas kepada pemerintah Indonesia sebagai barter atas penangkapan buron Filipina, Alice Guo atau Guo Hua Ping di Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (4/9/2024).

Barter kedua buron tersebut diungkapkan oleh Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Inspektur Jenderal Krishna Murti.

 Ia mengatakan, tidak ada syarat khusus yang diajukan pemerintah Filipina untuk proses penyerahan Gregor Johann Haas.

 "Itu bagian pembicaraan. Insya Allah akan terlaksana dengan proses dan waktu yang sedang dikerjakan dan kita tunggu nanti hasilnya. Jadi, itu bagian yang kita bicarakan," kata Krishna, dikutip dari Kompas.com, Kamis (5/9/2024).

Lantas, siapa sosok Gregor Johann Haas yang akan ditukar dengan Alice Guo? 

Sosok Gregor Johann Haas Gregor Johann Haas adalah kartel narkoba yang terhubung dengan Kartel Sinaloa pimpinan Joaquin "El Chapo" Guzman, yang berbasis di Culiacan, Sinaloa, Meksiko.

 Kartel tersebut terkenal dengan perdagangan narkoba dan kegiatan pencucian uang, dikutip dari ABC Net, Kamis.

Warga negara Australia berusia 46 tahun ini sempat tinggal di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ia resmi menjadi buronan BNN Indonesia sejak Desember 2023.

Kepala Biro Humas dan Protokol BNN RI, Brigjen Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan, Gregor Johann diburu lantaran menyelundupkan narkoba di wilayah Asia, khususnya Asia Tenggara.

Menurut Pudjo, Gregor berstatus buron setelah terbukti mengedarkan narkotika jenis sabu seberat 5 kilogram pada 5 Desember 2023 lalu.

"Yang pertama kami membenarkan adanya penangkapan oleh otoritas penegak hukum Filipina," ujarnya dikutip dari Kompas.com (21/4/2024).

"Ini berawal dari informasi yang kami dapatkan dari aparat penegak hukum di Indonesia bahwa ada peredaran narkotika, kemudian salah satu pelakunya ternyata berada di luar negeri," tambahnya.

 

 Sempat menggunakan nama samaran

 Saat tinggal di Filipina, Gregor sempat menyamar dengan menggunakan nama Fernando Tremendo Chimenea.

Ia berhasil ditangkap di Cebu, Filipina pada Rabu (15/5/2024).

Saat ditangkap, ia tampak mengenakan kaos putih dan celana jins pendek.

 Dikutip dari AP News (17/5/2024), saat ini Gregor ditahan di Kota Bogo, provinsi tengah Cebu, setelah Interpol mengeluarkan Red Notice Nomor A-3154/3-2024 yang diterbitkan pada 22 Maret 2024.

Red notice adalah peringatan internasional untuk orang yang dicari, yang berasal dari pengaduan pidana yang diajukan terhadapnya, dalam hal ini oleh pihak berwenang Indonesia.

Adapun, BNN telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Gregor pada 29 Januari 2024.

Selain Gregor, BNN RI juga telah menangkap komplotannya yang terdiri dari enam orang.

Saat ini, pemerintah Indonesia dan Filipina sepakat untuk bekerja sama dan melakukan barter antara kedua buron yang ditangkap di masing-masing negara.

Pemerintah Indonesia telah terlebih dahulu mengembalikan Alice Guo ke Filipina pada Kamis (5/9/2024) malam melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Sementara itu, proses deportasi Gregor masih membutuhkan waktu lebih lama lantaran pemerintah Indonesia masih harus melakukan koordinasi terlebih dahulu.

 

Sosok Alice Guo, Eks Wali Kota Asal Filipina yang Ditangkap di Indonesia

Mantan Wali Kota Bamban, Filipina, Alice Guo ditangkap di Kota Tangerang pada Rabu (4/9/2024) sekitar pukul 01.30 WIB.

Komisioner Biro Imigrasi Filipina, Norman Tansingco mengatakan Alice Guo kini ditahan Jatanras Mabes Polri.

“Informasi ini telah dikonfirmasi oleh rekan imigrasi kami di Indonesia, dan kami sangat gembira dengan perkembangan ini,” kata Tansingco, Rabu. 

Direktur Biro Investigasi Nasional (NBI) Jaime Santiago menyatakan Alice Guo akan dipulangkan Kamis (5/9/2024) atau Jumat (6/9/2024).

Diberitakan ABS-CBN, Alice Guo akan diperiksa Biro Imigrasi atas pelanggaran imigrasi, sebelum akhirnya diserahkan ke NBI untuk diproses tuntutan pidana, termasuk 87 tuduhan pencucian uang.

 Lantas, siapa itu Alice Guo dan apa kasus yang menjeratnya? Kasus Polisi Terlibat Narkotika Berulang, Mengapa?

Profil Alice

Guo Alice Leal Guo lahir pada 12 Juli 1986. Namun, kelahirannya baru tercatat 17 tahun kemudian.

 Alice besar di sebuah peternakan babi bersama ayahnya, Jian Zhong Guo yang memakai nama Filipina, Angelito.

Dia mengaku berasal dari Filipina sepanjang hidupnya dan tinggal di Bamban selama 18 tahun 2 bulan.

Namun, ini berarti dia tidak berada di sana selama 17 tahun sebelum kelahirannya tidak tercatat.

Alice menyatakan belajar di rumah hingga bangku SMA, tapi tidak dapat menyebutkan program, sekolah, dan nama gurunya.

Dia mulai berkarier sebagai pengusaha.

Alice bahkan telah menjadi pendiri dan pemegang saham utama sedikitnya 11 perusahaan sejak 2010.

Saat berumur 36 tahun, Alice terjun ke dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai wali kota Bamban pada pemilihan 2022.  

Sebagai kandidat independen, dia mengalahkan pesaingnya,  Joey Salting dengan selisih suara tipis.

Selama kampanye, dia hanya menghabiskan 134.000 peso (Rp 36.704.077) dari batas maksimal dana kampanye 135.024 peso (Rp 36.984.562).

Pengeluaran tersebut sangat sedikit karena batas dana kampanye itu kerap dinilai sangat kecil. Padahal, Alice diketahui memiliki gaya hidup mewah.

 Dia mengoleksi mobil impor McLaren 620R senilai Rp 4,5 miliar dan pernah menyatakan memiliki helikopter.

Alice diduga mata-mata China 

Alice disorot setelah polisi mengungkap keberadaan pusat penipuan tersembunyi di Bamban bernama Operasi Gim Daring Filipina (Pogo) pada Februari 2023.

Pogo melayani klien di daratan China yang melarang perjudian.

Dikutip dari BBC, pihak berwenang menghubungkan Pogo dengan tindak penipuan, perdagangan manusia, dan bahkan serangan siber terhadap situs pemerintah.

Selama penggerebekan, polisi menyelamatkan hampir 700 pekerja, termasuk 202 warga negara China dan 73 orang asing lain yang dipaksa berpura-pura sebagai kekasih daring.

 Investigasi selanjutnya menyatakan Alice gagal mendeteksi pusat penipuan seluas delapan hektar itu, meski dekat kantornya.

Dia bahkan mengizinkan Pogo berdiri di Bamban, tepatnya di lahan yang diduga milikinya.

Senator juga sempat menginterogasi asal-usulnya.

Namun, jawaban yang tidak jelas menyebabkan beberapa pihak menuduhnya sebagai mata-mata China yang memberikan perlindungan bagi geng kriminal.

Komisi pemilihan umum kemudian menemukan sidik jari pada catatan pemilihannya cocok dengan sidik jari warga negara China bernama Guo Hua Ping.

Namun, tuduhan itu dibantah. Kendati demikian, kontroversi tidak mereda karena Alice menolak hadir dalam sidang-sidang berikutnya.

Para senator pun memerintahkan penangkapannya pada Juli 2024. 

Saat itu, dia sudah tak lagi terlihat di depan publik. Badan antikorupsi lalu mencopot Alice dari jabatannya. 

Pada Agustus lalu, pihak berwenang Filipina mengatakan, Alice telah meninggalkan negara itu tanpa terdeteksi.

Dia melewati Singapura dan Malaysia dalam perjalanannya ke Indonesia.

Seorang pejabat mengatakan, wanita itu mungkin menuju Segitiga Emas, wilayah perbatasan di daratan Asia Tenggara yang dikenal sebagai tempat persembunyian kelompok kejahatan terorganisasi.

 Presiden Ferdinand Marcos Jr yang marah kemudian memerintahkan paspor Filipina Alice dibatalkan dan mengancam wanita itu akan dieksekusi.

Alice pun ditangkap di Tangerang usai menjadi buron selama sekitar dua bulan.  

Dewan Anti Pencucian Uang (AMLC) mengajukan sejumlah dakwaan terhadap Alice dan 35 orang lainnya ke Departemen Kehakiman.

AMLC menuduh mereka melakukan pencucian uang lebih dari 100 juta peso (Rp 27,3 miliar) atas tindakan kriminal.

Baca juga: Akhirnya, Ferry Irawan Ingin Pisah Baik-baik Usai Venna Melinda Kembali Layangkan Gugatan

Baca juga: VIDEO Houthi Akan Buat Musuhnya Tercengang dengan Teknologi Terbaru, Akan Perluas Serangan ke Darat

Baca juga: Pemkab Nagan Raya Adakan FGD Sosialisasi Kajian Linkungan

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com 

Berita Terkini