Menurutnya, pantai Gampong Jawa, meskipun tidak terlalu luas dan panjang, tapi sangat disukai oleh warga lokal.
Karena dengan ombak yang kecil dan pasir pantai yang kecoklatan, orang tua bisa membawa anak-anak mandi laut.
“Jadi anaknya bisa mandi laut, mamaknya bisa beli ikan, sekali jalan terus,” ujarnya.
Selain itu, di Pantai Gampong Jawa juga terdapat sejumlah café dan gerobak-gerobak dagangan pedagang kecil, yang menjajakan kacang rebus, bakso bakar, batagor, hingga jagung bakar.
Ramainya pengunjung yang mengunjungi Pantai Gampong Jawa memang membawa berkah bagi para pedagang kecil ini.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal menyampaikan, dalam dunia pariwisata, selain panorama alam dan situs-situs sejarah, atraksi-atraksi yang memiliki nilai lokal juga menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Karena, sudah menjadi kecenderungan jika wisatawan akan mencari sebuah atraksi yang jarang ditemui di tempat asalnya.
Nah, atraksi tarik pukat secara tradisional di Gampong Jawa menjadi salah satu atraksi budaya di Aceh, yang mampu menarik wisatawan.
Tak hanya pantai, di kawasan itu juga terdapat Tugu Kilometer Nol Banda Aceh. Tugu yang membentuk angka 0 itu menjadi ikonik di kawasan itu.
Tugu Kilometer Nol berada dalam sebuah areal terbuka. Loaksi ini dapat menjadi tempat bersantai atau sekadar berswafoto. Bahkan, anak-anak kini kerap menjadikan taman itu untuk bermain sepeda dan keasyikan lainnya.
Di sana, juga dibuat sebuah prasasti untuk menjelaskan asal usul Banda Aceh. Pada prasasti itu tertulis, "Nol kilometer Banda Aceh. Inilah tempat awal mulanya Kota Banda Aceh sejak didirikan oleh Sultan Johan Syah yaitu pada hari Jumat tanggal 1 Ramadhan 601 H bertepatan dengan 22 April 1205 M".
Sejumlah pihak percaya, pusat kerajaan Aceh dulu berada di areal tersebut, karena letaknya di muara Krueng Aceh dan terdapat banyak bukti sejarah lainnya.(*)