Atas cerita inilah, masjid yang berada di kawasan Gampong Lampuuk ini oleh masyarakat diberi nama Masjid Rahmatullah, karena pembangunannya benar-benar suatu rahmat dari Allah Swt, melalui hasil panen sarang burung walet.
Masjid Rahmatullah adalah satu-satunya bangunan di Lampuuk yang selamat dari bencana dahsyat tsunami Aceh tahun 2004.
Disampaikan oleh Hamdan selaku eks Imum Mukim dan salah satu penduduk Lampuuk yang berhasil selamat dari amukan tsunami, ketinggian air pada waktu itu hanya memperlihatkan bagian kubah masjid saja.
Namun pada awalnya ketinggian gelombang tsunami sempat menenggelamkan seluruh bangunan masjid, termasuk kubah, dan akhirnya baru pecah di bagian depan bangunan.
Saat bangunan lain disekitar rata disapu oleh tsunami, Masjid Rahmatullah hanya mengalami kerusakan kecil.
Hamdan memperkirakan ada sekitar 32 persen bangunan masjid yang mengalami kerusakan akibat tsunami.
Setelah bencana alam dahsyat tersebut, bangunan ini kemudian direnovasi atas bantuan dana dari Bulan Sabit Merah Turki.
Namun ada bagian bangunan yang memang sengaja ditinggalkan sebagai bukti sejarah bagi generasi ke depan.
Yaitu bagian dinding belakang masjid yang rusak karena dihantam oleh gelombang tsunami.
Meski sudah direnovasi, ada juga beberapa bagian lain yang tidak diubah.
Yaitu marmer lantai dan juga plafon masjid yang tidak diganti, atau dengan kata lain masih menggunakan desain awal saat masjid ini pertama dibangun.
Saat ini, masjid Rahmatullah menjadi objek wisata religi di Aceh yang banyak di kunjungi wisatawan untuk melihat sejarah tsunami 17 tahun silam.
Dengan bangunan masjid berwarna putih bersih dengan kubah berwarna hitam yang gagah ini menjadi saksi bisu tsunami yang pernah menerjang Aceh, kini masjid ini masih berdiri megah dan aktif di gunakan Masyarakat untuk menunaikan ibadah shalat 5 waktu.
Imum Mukim Lampuuk, Muntaran H Abdullah juga membenarkan cerita tersebut.
"Iya benar, ceritanya seperti itu," ujarnya.