Selain itu, niatkan saat Anda ulang tahun untuk bersedekah sebagai bentuk syukur bertambahnya umur, hal ini diperbolehkan.
SERAMBINEWS.COM - Momentum ulang tahun sering dianggap sebagai hari yang istimewa bagi banyak orang.
Perayaan ulang tahun menjadi lebih spesial dengan adanya kejutan, makan bersama, atau keseruan dengan orang-orang terdekat.
Namun, bagaimana pandangan Islam terkait perayaan ulang tahun?
Dilansir Serambinews.com dari kanal YouTube Al Bahjah, Selasa (16/7/2024), Buya Yahya mengatakan, boleh saja merayakan ulang tahun.
Namun perlu diingat bahwa merayakan ulang tahun haruslah dengan niat dan tujuan yang mulia.
Misalnya dengan tujuan mensyukuri kehidupan yang sekarang dan untuk mempersiapkan kehadiran yang akan datang.
"Ulang tahun untuk mengingat hari kelahirannya untuk tujuan yang mulia, adalah sah, untuk mensyukuri kehadirannya, untuk mempersiapkan kehadiran yang akan datag dan yang mencontohkan Nabi sendiri
'ini hari aku dilahirkan di hari Senin' jadi menyebut hari kelahiran gak masalah," kata Buya Yahya.
Baca juga: Tolong Jangan Jadi Wanita Seperti Ini Kalau Ngomong, Buya Yahya : Percuma Saja Jika Ahli Ibadah
Selain itu, niatkan saat Anda ulang tahun untuk bersedekah sebagai bentuk syukur bertambahnya umur, hal ini diperbolehkan.
"Jika ada orang hari kelahirannya digunakan untuk yang baik 'hari kelahiranku aku akan bersedekah, tetangga aku kasih duit atau sembelih kambing', kan enak," sambung Buya.
Dalam tujuan yang mulia, ulang tahun bukanlah sesuatu yang bid'ah dan dilarang, justru kata Buya Yahya, yang menjadi masalah saat ini adalah budaya dan cara yang salah dalam merayakannya.
"Jangan dikatakan bid'ah merayakan ulang tahun tapi yang menjadi bid'ah yang menjadi salah adalah cara merayakannya," timpal Buya.
Adapun yang dimaksud Buya Yahya adalah cara merayakan ulang tahun yang salah.
Di mana banyak orang merayakan ulang tahun seperti mengikuti budaya orang tidak beriman, meliputi perayaan ulang tahun yang mencampur baurkan cewek dan cowok, berdansa dan sebagainya.
Baca juga: Ramai Dibicarakan Soal Pemakaian Gelar Haji Sepulang dari Tanah Suci, Buya Yahya Berikan Pandangan
"Cara itu berarti budaya, budaya siapa itu, ada budaya orang tidak beriman, kumpul laki-laki perempuan, kemdudian ada balon, di dalamnya ada kertas, kemudian dipecahkan terus tunjuk namanya laki-perepmuan mereka disuruh berdansa biarpun gak ada hubungan apa apa. Ini kan bukan budaya kita," tegas Buya Yahya.