Berita Pidie

Kerupuk Mulieng, Komoditi Utama Masyarakat Pidie Mampu Hidupi Warga hingga Tembus Pasar Ekspor

Penulis: Firdha Ustin
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muhammad Ikhsan, ST, putra asal Mutiara, Pidie sukses menekuni dunia eksportir kerupuk mulieng ke Australia dengan merek dagang emping melinjo Mutiara Farmer dengan tagline Aceh society commodities to the world.

Di tepi jalan Banda Aceh-Medan, setiap paginya menjual buah aneuk mulieng (biji melinjo) mentah berjejer, sementara di seberang jalan dari terminal, satu deret panjang ruko menjajakan kerupuk mulieng sebagai barang niaga utama. 

Para pengepul atau agen tengah menjajakan biji melinjo mentah di pasar Beureunun tak jauh dari masjid Baitul A'la Lilmujahidin, Kamis (7/11/2024). (SERAMBINEWS.COM/CUT MUHAMMAD HABIBI)

Rani Usman (55), pedangang biji sekaligus pengepul atau Muge dalam bahasa Acehnya, ia telah menjual biji melinjo mentah sejak 12 tahun lalu di pasar pagi Beureunun. 

Setiap hari dia menjual puluhan kilogram biji melinjo yang ia dapatkan dari warga di Kecamatan Tiro, Pidie dengan harga  Rp 15.000 per bambu, nantinya dia akan menjual lagi kepada pengrajin melinjo dengan harga Rp 18.000-22.000 per bambu tergantung kualitas. 

"Biji ini saya dapat dari Tiro, per bambu dihargain 15 ribu, nanti saya jual lagi 18 ribu per bambu, harganya juga tergangung kualitas, kalau kualitas bagus bisa dilihat kulitnya hitam pekat, dalamnya putih bersih. Kalau yang ini kualitasnya kurang bagus makanya saya jual 18 ribu per bambu," ujarnya. 

Siti HajarBeri, pengrajin kerupuk mulieng tengah memipihkan biji mulieng untuk dijadikan kerupuk di Desa Lameu-Busu, Kecamatan Mutiara, Pidie.

Dari hasil penjualan tersebut, ia bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga. 

Meski demikian, ia menambahkan, penjualan biji melinjo itu tidak dilakukan setiap hari, artinya, apabila biji melinjo tidak musim, dia beralih bekerja sebagai petani. 

"Kadang kadang setahun tiga bulan aja jualannya, ini (melinjo) tergantung musim, kalau gak musim, saya nggak jualan, saya menanam padi di sawah," timpalnya.

Emping Melinjo Tembus Pasar Ekspor 

Usaha kerajinan kerupuk mulieng di Kecamatan Mutiara terus hidup di tengah perubahan zaman, termasuk upaya melibatkan generasi muda.

Muhammad Ikhsan, ST, putra asal Mutiara, Pidie ini sukses menekuni dunia eksportir kerupuk mulieng ke Australia dengan merek dagang emping melinjo "Mutiara Farmer" dengan tagline "Aceh society commodities to the world".

Ikhsan memulai usahanya sejak tahun 2018 dimana saat itu hanya berfokus untuk memenuhi market lokal saja, dan pada tahun 2020 ia memulai eksportir ke Australia khususnya ke New South Wales. 

Di kediamannya yang berada di Jln Lameu-Busu, Kecamatan Mutiara, Pidie, Ikhsan berperan sebagai pengepul kerupuk mulieng untuk diekspor.

Muhammad Ikhsan, ST, putra asal Mutiara, Pidie sukses menekuni dunia eksportir kerupuk mulieng ke Australia dengan merek dagang emping melinjo "Mutiara Farmer" dengan tagline "Aceh society commodities to the world". (SERAMBINEWS.COM/CUT MUHAMMAD HABIBI)

Ia membeli kerupuk mulieng dari pengrajin lokal yang tersebar di Kecamatan Mutiara dengan harga Rp 60.000 - 100.000 per kilonya tergantung harga pasar.

Nantinya, kerupuk tersebut akan dikemas sesuai standar yang ditetapkan oleh permintaan pasar Australia, dengan ukuran 250 gram, setengah kilogram dan satu kilogram.

Dibantu istri dan beberapa pekerjanya, Ikhsan berusaha memenuhi permintaan pasar Australia setiap dua hingga tiga bulan sekali.

Dalam menjaga kualitas kerupuk mulieng, Ikhsan menekankan kepada pengrajin kerupuk mulieng agar menggunakan bahan baku yang berkualitas hingga proses penjemuran yang tidak langsung terkena sinar matahari, ini bertujuan agar warna kerupuk mulieng tidak terlalu kening. 

Halaman
1234

Berita Terkini