Haba Dinkes Aceh

Fokus Bappeda dalam Percepatan Penurunan Stunting di Aceh Besar, Pentingnya Asi Eksklusif hingga PMT

Penulis: Indra Wijaya
Editor: Firdha Ustin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Besar, Rahmawati.

SERAMBINEWS.COM, JANTHO - Sebagai upaya untuk menekan angka stunting, Pemerintah Kabupaten Aceh Besar terus menggencarkan sosialisasi pencegahan anak lahir stunting di seluruh wilayah di 23 Kecamatan di Aceh Besar.

Salah satu upaya pencegahan resiko anak lahir stunting tersebut, adalah dengan memberikan sosialisasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada bayi mulai dari 0-6 bulan pasca lahir.

Inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI eksklusif dapat mencegah pertumbuhan anak kerdil (Stunting).

Selain pemberian asupan gizi yang cukup kepada anak dan ibu hamil, ASI eksklusif juga berperan dalam meningkatkan tumbuh kembang anak.

Melansir dari laman Kemenkes, stunting disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor keluarga dan rumah tangga, ASI, makanan pendamping ASI (MPASI) dan infeksi.

MPASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang diberikan kepada bayi selama periode pemberian makanan peralihan. 

Baca juga: Tekan Stunting, Dinkes Simeulue Gencarkan Empat Program Unggulan, Termasuk Peningkatan Sanitasi

Pemberian MPASI  yang tidak adekuat dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat.

Kualitas MPASI yang rendah seperti MPASI dengan kandungan kalori, protein dan mikronutrien yang rendah dapat meningkatkan risiko stunting.

Selain komposisi MPASI, keamanan pangan dan air juga perlu diperhatikan dalam pemberian MPASI.

Penggunaan bahan makanan dan air yang terkontaminasi serta higienitas yang buruk dapat menurunkan kualitas MPASI.

Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak, sebagai akibat dari kurang asupan gizi kronik yang telah berlangsung lama dan akibat infeksi yang terjadi pada anak.

Stunting dapat menyebabkan seorang anak mengalami gagal tumbuh, sehingga perawakannya kerdil dan tinggi badannya tidak sama dengan anak normal seusianya.

Baca juga: Sukses Turunkan Angka Stunting, Pidie Jaya Masuk Daftar Daerah Penanganan Stunting Hingga 100 Persen

Akibat selanjutnya adalah apabila seorang anak dalam kondisi stunting, maka akan mengalami hambatan pada pertumbuhan struktur otak, akibatnya akan mengalami hambatan pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah nantinya. 

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Besar, Rahmawati mengatakan, hingga November 2024, tercatat ada 16,9 persen prevalensi balita risiko stunting di Aceh Besar. Dimana  pihaknya mencatat ada 30.149 balita di Aceh Besar.

Dari jumlah tersebut, 29.692 diantaranya diukur dan diinput melalui elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (EPPGBM).  

“Dan kita temukan pada November 2024 ada 5.017 balita di Aceh Besar stunting atau 16,9 persen,” kata Rahma kepada Serambinews.com, Kamis (5/12/2024).

Jumlah tersebut sedikit mengalami peningkatan dibanding pada Oktober 2024 yang hanya 16,3 persen atau 4.902 balita di Aceh Besar berisiko stunting.

Dikatakan Rahma, persentase tahun 2023 berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) persentase angka stunting di Aceh Besar sebesar 30,2 persen. 

Baca juga: Turunkan Angka Stunting, Pemkab Aceh Tengah Terapkan Program TPPS & Rumah Gizi di Setiap Kampung

Dikatakannya, untuk menekan angka stunting di Aceh Besar, pihaknya melahirkan sejumlah program. Dimana upaya yang dilakukan untuk intervensi spesifik atasi stunting yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Aceh Besar, adapun program tersebut adalah: 

  1. Melakukan skrining anemia danpemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil
  2. Melakukan skrining anemia dan pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri (peserta didik perempuan)
  3. Pemenuhan gizi ibu hamil, pemberian makanan tambahan (PMT), edukasi pola hidup kepada masyarakat.

“Selain itu kita bersama Dinkes dan stakeholder di Aceh Besar juga rutin melakukan pemberian telur kepada masyarakat,” ujarnya. 

Rahma mengatakan, di tingkat gampong di Aceh Besar, pihaknya mengerahkan tiga orang sebagai pendamping keluarga kepada ibu hamil dan remaja putri yang perlu dilakukan penanganan untuk mengantisipasi stunting. 

Baca juga: Forikan Salurkan 1 Ton Ikan Segar untuk Penanganan Stunting dan Pengendalian Inflasi di Aceh Barat

Pasalnya untuk mencegah anak lahir dengan risiko stunting tersebut dimulai sejak bayi masih dalam kandungan.

Sehingga untuk mencegah hal tersebut, pihaknya terus melakukan pemberian obat tambah darah kepada ibu hamil, serta asupan makanan yang bergizi.

Kemudian ketika anak lahir, satu hingga 1.000 hari kelahiran, ibu dan anak juga harus mendapat asupan gizi yang baik dan berkelanjutan.

Terlebih kata dia, pemberian ASI eksklusif juga sangat berpengaruh untuk mencegah anak stunting.

 “Kalau dulu malah orang tua kita memberikan asi eksklusif itu hingga tahun. Sebab anak yang mendapat ASI eksklusif itu juga berpengaruh untuk tumbuh kembang anak,” jelasnya.

Dimana kata Rahma, ketika seorang menyusui, dia tidak hanya memberikan kebutuhan gizi untuk anak. Akan tetapi ada ikatan batin yang lebih kuat agar anak tumbuh lebih cerdas.

“Kalau anak mendapat ASI dua tahun itu secara fisik dia lebih kuat. Jadi jangan malas menyusui, jangan hanya enam bulan saja. Khususnya untuk ketahanan tubuh anak,” pungkasnya.

Gencarkan Sosialisasi   

Kepala Bappeda Aceh Besar, Rahmawati mengatakan, untuk penanganan stunting secara masih pihaknya menggencarkan sosialisasi untuk mewujudkan anak-anak Aceh Besar yang terbebas dari stunting.

Hal itu juga sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting.

"Upaya pencegahan dan percepatan penurunan angka stunting sudah menjadi komitmen kita bersama, yang dilakukan secara terpadu, holistic dan integrative, yang melibatkan berbagai komponen dan elemen, baik pemerintah, masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan," katanya.

Bahkan saat ini kata dia, sebagai pedoman dalam pelaksanaan pencegahan stunting, terdapat peraturan Bupati, dana desa harus diplotkan anggaran paling kecil Rp 50 juta untuk dialokasikan untuk penanganan stunting.

“Hal ini sebagai upaya untuk mempercepat penurunan stunting di tingkat gampong. Jadi nanti anggaran itu rapat digunakan untuk rumah gizi gampong (RGG), pemberian PMT, membantu ibu hamil dan sebagainya,” pungkasnya. (*)

Berita Terkini