"Mereka nangis, 'Mbak, aku sudah enggak punya apa-apa lagi, anakku, suamiku hilang. Wis, air mataku menetes terus," imbuhnya.
Titlek juga merasa prihatin sebab banyak alat-alat berat dan kendaraan-kendaraan menjadi lumpuh karena minimnya persediaan BBM.
Kekurangan BBM inilah membuat sulitnya untuk menyingkirkan puing-puing bekas gempa bumi dan terjangan gelombang.
Mendistribusi bantuan bagi para korban hidup, atau mengangkut, mengumpulkan, dan mengubur para korban tewas yang banyak dan ada di mana-mana.
Untuk berbuat seperti ini, hanya tentara yang bisa berbuat.
Hanya tiga jam rombongan Agum dan AA Gym berada di Banda Aceh.
Apalagi bandar udaranya sangat kecil sehingga tidak bisa menampung banyak pesawat.
"Karena banyak pesawat yang akan mendarat di situ, setiap pesawat cuma boleh berhenti 45 menit.
Untung Pak Agum bisa maksa supaya pesawat kami bisa berhenti di situ tiga jam. Kalau enggak, dalam 45 menit kami tak bisa berbuat apa." cetusnya.
Sebetulnya, ke Banda Aceh Titiek juga membawa uang sumbangan yang digalangnya secepat kilat dari para anak dan cucunya di Jakarta.
“Tapi, sampai di sana. aku enggak tahu uang itu mau aku kasih lewat siapa. Akhirnya, aku bawa lagi ke Jakarta. Aku kasih lewat RCTI sajalah," pungkasnya.
Teungku Sofyan Terkubur Tujuh Hari
Tuhan maha berkehendak. Teungku Sofyan (pada saat itu berumur 20 tahun) yang digulung ombak tsunami hingga beberapa kilometer.
Kemudian tertimbun reruntuhan bangunan selama tujuh hari tanpa makan tanpa minum, kini masih kuat bertahan hidup.
Saat ditemukan kondisi Teungku Sofyan sangat menyedihkan. Tubuhnya penuh luka.