Konflik Rusia vs Ukraina

Pembelot Korea Utara Sedih dengan Kondisi Tentara Kim Jong-Un di Rusia: Tak Punya Pilihan untuk Mati

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kim Jong-un saat bertemu dengan tentara Korea Utara saat latihan militer, Rabu (6/4/2024).

SERAMBINEWS.COM, SEOUL - Pembelot Korea Utara mengaku sedih melihat kondisi tentara Kim Jong-Un yang membantu perang Rusia melawan Ukraina di Kursk.

Wakil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Dorothy Camille Shea mengungkapkan ke Dewan Keamanan PBB pada pekan lalu, sekitar 12.000 tentara Korea Utara dikerahkan ke Kursk, Rusia.

Sementara itu Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) mengungkapkan sekitar 300 tentara Korea Utara di Rusia diperkirkan telah tewas dan sebanyak 2.700 lainnya terluka.


Apa yang terjadi dengan para tentara Korea Utara itu rupanya membuat seorang pembelot sedih.

Pembelot yang diketahui sebagai Lee Cheol-eun mengaku merasa emosional melihat rekaman tentara Korea Utara yang berperang di Kursk.

“Sangat disayangkan, hanya itu yang bisa saya katakan,” ujar Lee dikutip dari ABC News, Kamis (16/1/2025).

Pria berusia 37 tahun itu bertugas di Departemen Keamanan Tentara Rakyat Korea, hingga ia kabur dari negara itu pada 2016.

Hal itu berarti ia sangat mengetahui dari siapa pun tentang harus mengikuti perintah dalam sistem yang tak dipercayainya.

“Mereka sebenarnya tidak tahu kenapa mereka harus berdarah-darah dan kehilangan nyawa di medan pertempuran, saya merasa kosong melihat mereka,” tutur Lee.

Pembelot lainnya, Jang Seyul, yang pernah bertugas di Badan Intelijen Tentara Rakyat Korea juga mengungkapkan isi hatinya melihat kondisi para tentara tersebut.

“Para tentara yang dikerahkan ke Rusia pasti menjadi salah satu yang terlatih dengan baik untuk perang modern, dan seharusnya menerima latihan adaptasi dasar saat tiba,” ujarnya.

“Faktanya, bahwa mereka didorong ke situasi di mana mereka tak memiliki pilihan untuk mati, dan itu membuat hati saya hancur,” kata Jang Seyul.


Menurut intelijen Korea Selatan, tentara Korea Utara yang dikirim ke Kursk diketahui sebagai Korps Badai, sebuah unit pasukan khusus.

Jang Seyul sendiri mengingat bagaimana dominannya pasukan itu dalam latihan perang gabungan.

“Orang-orang kerap menyamakan mereka dengan senjata pembunuh. Mereka menerima latihan level tinggi yang tak pernah bisa dibayangkan tentara reguler,” katanya.

 

Baca juga: Nasib 2 Tentara Korea Utara yang Ditangkap Ukraina, Tak Ingin Kembali ke Negaranya

 

Kondisi Psikologis Tentara Korea Utara di Rusia Terungkap, Ada Ketakutan Ekstrem terhadap Kematian

 

Kondisi psikologis tentara Korea Utara di Rusia membuat kepemimpinan negara Kim Jong-un itu khawatir.

Pihak otoritas dikabarkan sudah mendapatkan laporan semakin berantakannya kondisi moral pasukan Korea Utara yang membantu perang Rusia melawan Ukraina.

“Sejak Desember, pihak otoritas mengungkapkan kekhawatiran atas laporan dari pasukan yang dikerahkan menunjukkan ketakutan ekstrem terhadap kematian, kesulitan penyesuaian budaya, dan tanda-tanda ketidakstabilan ideologi,” ujar sumber Pyongyang dilansir dari Daily NK, Rabu (15/1/2025).


Sumber itu mengungkapkan bahwa laporan dari Rusia menggambarkan sejumlah tentara Korea Utara mengalami kecemasan dan tertekan secara mental karena pengalaman perang.

Padahal, mereka sebelumnya telah menjalani penyaringan ideologis dan persiapan fisik di Korea Utara sebelum berangkat ke Rusia.

Pejabat militer lapangan Korea Utara di Rusia melaporkan adanya perbedaan yang mencolok antara kondisi psikologis para tentara saat ini dan di awal penugasan.

Para tentara itu dilaporkan mengalami trauma perang, ketakutan terus-menerus atas kematian, dan ketidakpastian keselamatan mereka.

Masalah meresahkan yang muncul dari laporan-laporan ini melibatkan interaksi para prajurit dengan pasukan Rusia.

Sebagian besar tentara Korea Utara, yang tak pernah keluar negeri, kesulitan saat harus bertemu dengan orang asing.

Laporan itu mengindikasikan tentara Korea Utara, yang sebelumnya selalu berada dalam kondisi pengawasan ketat dan kontrol di negaranya, membuat mereka jadi terintimidasi dengan tentara Rusia yang lebih percaya diri.

Kesulitan dengan perbedaan budaya dan rintangan bahasa telah menjurus pada pola-pola idealisasi yang mengkhawatirkan dari sekutu Rusia.

“Laporan di garis depan mengindikasikan bahwa pandangan sejumlah tentara Rusia pada rekan-rekan mereka dari Korea Utara sebagai orang-orang yang pada dasarnya tak manusiawi,” tutur sumber tersebut.

“Pihak berwenang menyakini bawa hal ini bermula dari sikap prajurit Korea Utara yang tampak kalah, dan ketidakmampuan menjembatani kesenjangan komunikasi,” tambahnya.

Laporan itu memperlihatkan rasa frustrasi yang memuncak dari militer Rusia terhadap tentara Korea Utara.


Hal itu disebut berpotensi membahayakan kerja sama militer kedua negara.

“Meningkatnya korban tewas, membuat tentara (Korea Utara) yang ditugaskan harus berperang melawan tekanan psikologis dan kesulitan beradaptasi,” ujarnya.

“Para pejabat khawatir faktor-faktor ini bisa menyebabkan para prajurit mengkhianati Partai Pekerja dan negara setiap saat,” tambah sumber itu.

Baca juga: Ini 433 Daftar Universitas Tujuan Luar Negeri Magister dan Doktor Beasiswa Afirmasi LPDP 2025

Baca juga: VIDEO Gencatan Senjata, Israel Frustasi Tak Mencapai Kemenangan Apapun Selama Perang di Gaza

Baca juga: PNL Sosialisasi SNPMB 2025 untuk Siswa & Sekolah di 3 Kabupaten/Kota di Aceh

 

Berita Terkini