Ustaz Nazli membacakan sebuah hadis dari Ibnu Abi Suhaibah, “Dulu, kata Rasulullah, ada seorang rahib (pendeta) Yahudi, beribadah kepada Allah selama 60 di dalam tempat ibadah Yahudi.
Pada suatu hari datang seorang perempuan minta singgah ke tempat ibadahnya, rupanya pendeta Yahudi tersebut tergoda dan akhirnya terjadilah zina selama enam hari.
Di hari keenam dia sadar lalu timbullah rasa takutnya kepada Allah, maka larilah si pendeta ini dari tempat ibadahnya ke tempat ibadah yang lain dalam keadaan tanpa membawa bekal.
Di tempat persinggahannya si Yahudi itu pun kelaparan, lalu ada orang membagi roti kepadanya dan ketika dia mau makan roti itu ternyata ada dua orang lain yang belum makan.
Dengan iman yang ada dalam dadanya maka roti itu pun dibaginya dua: setengah dibagi kepada satu orang dan setengah lagi diberikan kepada yang lain.
Dalam keadaan lapar itu si rahib ini meninggal, lalu kata rasulullah di hari kiamat ditimbanglah amalnya yang pertama, yaitu amalan selama 60 tahun pada satu timbangan dan dosa zina diletakkan pada timbangan lain, teryata ibadah 60 tahun kalah dengan dosa zina.
Kemudian, Allah menyuruh malaikat menimbang amalan terakhirnya, yaitu sedekah roti yang dia sendiri tidak makan. Ternyata amalan sedekah yang dapat membantu orang lain dapat mengalahkan dosa zina selama enam hari.
Begitu hebatnya pahala sedekah yang perlu terpatri di hati semua umat Islam yang telah dilatih selama bulan suci Ramadhan.
Sekarang kita sendiri yang dapat menilai adakah didikan Ramadhan melekat pada jiwa kita dan teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari setelah Ramadhan berlalu.