“Dengan hadirnya gedung layanan perpustakaan ini, saya berharap budaya literasi di Pidie Jaya dapat tumbuh dan berkembang. Semoga masyarakat lebih termotivasi untuk datang ke perpustakaan, menjadikan membaca sebagai bagian dari kehidupan, dan memperluas wawasan pengetahuan,” ujar Bupati Sibral Malasyi.
Laporan Yarmen Dinamika | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya (Pemkab Pijay) bersama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) meresmikan berfungsinya Gedung Layanan Perpustakaan Daerah di Pijay sebagai bagian dari upaya memperkuat budaya literasi dan menjadikan perpustakaan sebagai pusat pembelajaran sepanjang hayat.
Peresmian ini dilakukan langsung oleh Bupati Pidie Jaya, Sibral Malasyi MA bersama Kepala Perpusnas RI, Prof H Endang Aminuddin Azis PhD yang diwakili oleh Dr Taufiq A Gani, Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi Perpusnas RI.
Turut hadir dalam acara ini Wakil Bupati Pidie Jaya, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, unsur Forkopimda Kabupaten Pidie Jaya, Plt Sekretaris Daerah, para asisten, serta seluruh kepala satuan kerja perangkat kabupaten (SKPK) di lingkungan Pemkab Pijay.
Peresmian ditandai dengan pemotongan pita di depan pintu msuk gedung layanan perpustakaan oleh Dr Taufiq A Gani, Bupati dan Wakil Bupati Pidie Jaya.
Dalam sambutannya, Bupati Pidie Jaya menyampaikan apresiasi kepada Perpusnas atas dukungan dan fasilitasi dalam pembangunan gedung perpustakaan di Pijay.
Ia berharap kehadiran fasilitas ini dapat menjadi ruang strategis untuk menumbuhkan budaya literasi dan meningkatkan minat baca masyarakat.
“Dengan hadirnya gedung layanan perpustakaan ini, saya berharap budaya literasi di Pidie Jaya dapat tumbuh dan berkembang. Semoga masyarakat lebih termotivasi untuk datang ke perpustakaan, menjadikan membaca sebagai bagian dari kehidupan, dan memperluas wawasan pengetahuan,” ujar Bupati Sibral Malasyi.
Baca juga: Tingkatkan Budaya Baca, Kadis Perpustakaan dan Arsip Abdya Minta Keuchik Optimalkan Pustaka Gampong
Senilai Rp11 miliar
Gedung ini dibangun melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik senilai Rp11 miliar yang mencakup pembangunan fisik, pengadaan perabotan, perlengkapan teknollogi, informasi, dan komunikasi (TIK), serta koleksi pustaka.
Selain itu, DAK Nonfisik 2025 sebesar Rp500 juta juga dialokasikan untuk mendukung penguatan budaya baca, pembinaan naskah kuno, dan operasional layanan perpustakaan.
Mewakili Kepala Perpusnas, Dr Taufiq A. Gani menegaskan bahwa perpustakaan hari ini tidak lagi hanya berfungsi sebagai gudang buku atau ruang administrasi, tetapi sebagai pusat aktivitas sosial dan intelektual masyarakat.
“Gedung ini harus menjadi tempat warga belajar, berinovasi, dan tumbuh bersama pengetahuan. Harapan kita adalah terwujudnya masyarakat literat, masyarakat yang kritis, kreatif, dan sadar informasi,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa membangun masyarakat literat bukanlah tujuan akhir, melainkan proses berkelanjutan untuk mewujudkan martabat bangsa.
“Inilah esensi dari visi Perpusnas: Perpustakaan Hadir demi Martabat Bangsa,” ujar putra Aceh ini.
Namun, lanjut Taufiq, tantangan masih ada. Berdasarkan data Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM), Pidie Jaya mengalami penurunan dari 64,08 pada 2023 menjadi 58,50 pada 2024, dan Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) berada di angka 72,07, masih dalam kategori sedang.
Dari lima perpustakaan sekolah yang terakreditasi, hanya satu yang meraih akreditasi B.
“Ini bukan soal kurang bantuan, tapi sejauh mana literasi telah menjadi budaya keseharian. Maka tugas kita adalah memastikan setiap buku, aplikasi, dan fasilitas benar-benar menyentuh kehidupan warga,” tambah Taufiq yang juga mantan kepala UPT Perpustakaan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Sebagai bagian dari solusi, lanjut Taufiq, Perpusnas mendorong peningkatan kapasitas pustakawan, memperluas jangkauan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), dan memanfaatkan teknologi digital seperti iPusnas dan Indonesia OneSearch.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Pidie Jaya, Manfarijah, menegaskan bahwa perpustakaan bukan sekadar bangunan, melainkan pusat ilmu dan budaya yang membentuk logika berpikir, identitas, dan kreativitas masyarakat.
“Perpustakaan adalah gudang ilmu dan pusat peradaban. Di sinilah nilai-nilai membaca, budaya, dan pengetahuan bertemu dan menjadi inspirasi bagi kemajuan Kabupaten Pidie Jaya,” ujarnya.
Perpustakaan yang hidup dalam masyarakat, katanya, bukan hanya berdiri secara fisik, melainkan akan menjadi katalisator kemajuan daerah.
“Dengan komitmen bersama, perpustakaan akan terus tumbuh menjadi ruang publik yang inklusif, edukatif, dan transformative,” pungkas Manfarijah. (*)
Baca juga: Kurator Digital, Wajah Baru Lulusan Ilmu Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh