Laporan Sa’dul Bahri | Aceh Barat
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Ancaman erosi Krueng Meureubo kini kian nyata dan makin mengkhawatirkan.
Jalan Datoek Janggoet Meuh yang menghubungkan Meureubo–Tumpok Ladang, tepatnya di Gampong Ranto Panyang, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, kini terancam amblas ke dalam sungai dampak erosi.
Pantauan di lokasi menunjukkan bahwa bibir sungai kini hanya berjarak 5 hingga 7 meter, dari badan jalan tersebut.
Jika tak segera ditanggulangi, erosi Krueng Meureubo itu dikhawatirkan akan memutus akses utama antar desa, sekaligus melumpuhkan mobilitas warga untuk berbagai kepentingan.
Tak hanya infrastruktur jalan, areal persawahan milik masyarakat di sisi sungai juga ikut terkikis, termasuk-rumah-rumah warga di daerah tersebut.
Saat ini, hanya tinggal dua hingga tiga petak sawah yang tersisa.
Jika tidak ada tindakan konkret, maka warga berpotensi kehilangan seluruh lahan produktif mereka.
“Kondisi ini sangat memprihatinkan. Jika tidak segera diatasi, erosi Krueng Meureubo ini bisa memakan jalan utama dan menimbulkan kerugian jauh lebih besar di masa depan,” ujar Pemerhati Sosial Aceh Barat, M Yunus Bidin, Senin (21/4/2025).
M Yunus menekankan, bahwa persoalan ini tidak bisa dianggap sepele dan perlu ditangani dengan langkah nyata serta komitmen serius dari berbagai pihak, mulai dari tingkat desa hingga provinsi.
“Perlu ada upaya kolektif, mulai dari keuchik, imum mukim, hingga camat,” urai dia.
“Jangan hanya diam, waktunya bergerak! Hearing harus segera dilakukan ke kabupaten, dan bahkan ke Provinsi Aceh,” tegasnya.
Ia juga mendorong anggota DPRK Aceh Barat dari dapil Meureubo untuk memainkan perannya dalam pengawasan dan memperjuangkan masalah ini lewat jalur politik dan anggaran.
Kondisi erosi yang semakin parah berpotensi menimbulkan kerusakan yang memerlukan biaya penanganan lebih besar jika dibiarkan terlalu lama.
Oleh karena itu, pencegahan sejak dini menjadi kunci utama.
“Sudah seharusnya ini masuk dalam program prioritas,” tandas dia.
“Jika dibiarkan, bukan hanya jalan dan sawah yang hilang, tapi juga rasa aman masyarakat,” paparnya.
“Penanganannya akan jauh lebih mahal jika situasi sudah gawat,” pungkas Yunus.(*)