Lalu, melindungi anak dari penyakit serius yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian, dan juga membantu melindungi masyarakat yang lebih luas dengan mengurangi penyebaran penyakit.
“Imunisasi dasar harus diberikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan,” papar dokter spesialis anak ini.
“Jika anak terlambat imunisasi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk membuat jadwal imunisasi kejar,” ucapnya.
Setelah dilakukan imunisasi, dr Rismalisa menyarankan, agar memberikan makanan bergizi dan menjaga kebersihan.
Menurut data Dinas Kesehatan Abdya, pencapaian pemberian Imunisasi Polio (belum termasuk vaksin lain), kepada anak-anak di kabupaten setempat masih tergolong rendah.
Pada tahun 2024, angka pemberian Imunisasi Polio kepada anak-anak di Abdya hanya 60 persen lebih.
Pada tahun 2025 ini, terhitung Januari hingga Mei, angkanya baru mencapai 5,9 persen.
Menurut dr Rismalisa, banyak faktor yang menyebabkan rendahnya angka imunisasi pada anak di Abdya.
Seperti pengetahuan orang tua tentang manfaat imunisasi, masih takut anaknya di suntik karena alasan akan demam, rewel, dan lainnya.
“Padahal sejauh ini tidak ada kejadian yang ditakuti oleh para orang tua tersebut,” beber dia.
“Kita juga berharap kepada semua pihak, terutama pemerintah daerah untuk mengimbau dan membuat suatu kebijakan untuk meningkatkan cakupan imunisasi dengan berbagai cara,” tuturnya.
“Besar harapan agar orang tua bersedia untuk mengimunisasikan anaknya,” kata dr Rismalisa.
Hal ini, tambahnya, tidak hanya tenaga kesehatan saja yang menaruh kepedulian akan pentingnya imunisasi, termasuk media agar lebih gencar meng-cancel berita-berita miring dan hoaks tentang imunisasi.
“Kita berharap, dengan gencarnya sosialisasi tentang pentingnya imunisasi, cakupannya menjadi tinggi agar tidak terjadi wabah atau KLB (keadaan di mana terjadi peningkatan atau timbulnya kejadian kesakitan atau kematian yang signifikan secara epidemiologi di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu),” pungkas dr Rismalisa.(*)