Jurnalisme Warga

Sampah Menumpuk, Gaji tak Cukup: Potret Krisis Kebersihan di Pasar Rukoh Banda Aceh

Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sampah Menumpuk, Gaji tak Cukup: Potret Krisis Kebersihan di Pasar Rukoh Banda Aceh

Upah yang diterima Agus dan kawan-kawan terasa tidak adil, bahkan melanggar dari ketetapan pemerintah. Hal ini dinyatakan Hasan Basri M. Nur, dosen kami di Prodi KPI UIN Ar-Raniry.

“Pemko Banda Aceh seharusnya membayar kepada petugas kebersihan sesuai UMR yaitu di atas Rp 3,8 juta per bulan. UMR itu kan ketetapan pemerintah dan pemerintah mesti patuh pada aturan ini,” ujar Hasan Basri M. Nur.

Kondisi ini mengungkap realitas yang kerap tak terlihat dalam wajah pasar tradisional, di balik harga murah dan kesibukan perdagangan, ada para pekerja yang bekerja keras dengan penghargaan yang minim.

Buruh kebersihan seperti Agus berperan penting dalam menjaga roda ekonomi pasar tetap berjalan, namun sering kali diposisikan hanya sebagai pelengkap, bukan prioritas.

Butuh Kesadaran Warga

Pihak pengelola pasar mengakui adanya tantangan besar dalam sistem kebersihan. Kurangnya kesadaran sebagian besar pedagang dan pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya menjadi hambatan utama.

Tempat sampah memang tersedia, tetapi banyak yang memilih membuang limbah langsung ke lantai atau ke selokan terdekat. Akibatnya, saluran air kerap tersumbat, terutama saat musim hujan, yang kemudian menimbulkan genangan dan bau busuk yang semakin mengganggu.

Krisis kebersihan ini bukan hanya soal estetika lingkungan, tetapi menyangkut kesehatan masyarakat. Sampah organik yang membusuk dapat menjadi sarang lalat, tikus, dan kuman penyakit. 

Ini menciptakan resiko kesehatan tidak hanya bagi pengunjung, tetapi juga bagi pedagang dan pekerja pasar, termasuk petugas kebersihan yang setiap hari bersentuhan langsung dengan limbah tanpa perlindungan memadai.

Sementara itu, ketimpangan upah dan status kerja buruh kebersihan memperlihatkan lemahnya komitmen terhadap kesejahteraan tenaga kerja informal. Dengan beban kerja yang berat dan resiko tinggi, upah di bawah UMR menjadi ironi yang tak bisa diabaikan.

Padahal, jika tenaga kebersihan mogok atau tidak ada, pasar bisa lumpuh. Namun keberadaan mereka masih sering dipandang sebelah mata, bahkan oleh pengelola pasar sendiri.

Potensi Pasar Rukoh

Pasar Rukoh sebenarnya memiliki potensi besar. Letaknya strategis di kawasan pendidikan dan permukiman menjadikan pasar ini pusat ekonomi rakyat yang vital.

Jika dikelola dengan serius dan diberi perhatian yang layak, baik dari aspek kebersihan maupun kesejahteraan tenaga kerja. Pasar Rukoh bisa menjadi contoh pasar tradisional yang modern, sehat, dan manusiawi.

Namun perubahan tidak mungkin terjadi jika tanggung jawab hanya dibebankan pada satu pihak. Pemerintah daerah harus hadir dengan kebijakan yang adil, termasuk sistem penggajian buruh serta penyediaan alat dan perlindungan kerja yang memadai. 

Halaman
123

Berita Terkini