Konflik Rusia vs Ukraina

Rusia Ungkap Lebih 350 Orang Tewas di Kursk dan Hampir 800 Orang Hilang Setelah Diduduki Ukraina

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KURSK DIREBUT - Tangkapan layar dari video akun YouTube Shanghai Eye memperlihatkan situasi di Kota Sudzha, Kursk, Rusia. Pasukan Ukraina di sana dikabarkan terkepung.

SERAMBINEWS.COM - Lebih dari 350 penduduk wilayah Kursk di barat daya Rusia dilaporkan tewas dan hampir 800 lainnya masih hilang menyusul pendudukan Ukraina selama berbulan-bulan di wilayah perbatasan.

Hal itu diungkapkan Jaksa Agung wilayah Kursk, Alexei Tsukanov, Selasa (27/5/2025).

"Nasib 789 penduduk wilayah perbatasan, termasuk empat anak-anak, masih belum diketahui. Secara resmi, ada 358 orang yang meninggal," kata Alexei Tsukanov dalam sebuah diskusi lokal.

Pasukan Ukraina merebut puluhan kota di wilayah Kursk dalam sebuah serangan mendadak lintas perbatasan yang mereka lakukan pada Agustus 2024.

Serangan Ukraina ini menandai pertama kalinya tentara asing menduduki wilayah Rusia sejak Perang Dunia II.

Lebih dari 150.000 penduduk di wilayah Kursk diperintahkan untuk meninggalkan rumah mereka, beberapa di antaranya kemudian melakukan protes atas kondisi kehidupan yang buruk dan apa yang mereka gambarkan sebagai dukungan pemerintah yang tidak memadai dan kompensasi untuk properti yang hancur.

Militer Rusia mengatakan bulan lalu kalau mereka telah mengusir pasukan Ukraina dari wilayah Kursk dengan bantuan pasukan Korea Utara.

 
Penjabat Gubernur wilayah Kursk Alexander Khinshtein mengatakan saat itu bahwa jumlah korban tewas warga sipil akibat pendudukan selama sembilan bulan mencapai 288.


Baik Khinshtein maupun Tsukanov tidak memberikan perincian mengenai bagaimana warga sipil itu tewas.

Namun Tsukanov mengatakan pada hari Selasa bahwa penyelidik militer Rusia telah mencatat 582 kejahatan yang diduga dilakukan oleh "Nazi Ukraina dan kaki tangannya," menurut penyiar wilayah Kursk, Seym.

Sejak invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022, setidaknya 621 warga sipil Rusia telah tewas dalam serangan Ukraina di wilayah Kursk, Belgorod, Bryansk, Rostov, Krasnodar, serta Krimea yang dianeksasi, menurut pihak berwenang.

Sebagai perbandingan, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan lebih dari 13.100 warga sipil Ukraina telah terbunuh sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukan melintasi perbatasan lebih dari tiga tahun lalu.

 

Baca juga: Rusia Ingatkan akan Terjadi Perang Dunia III, Respons atas Pernyataan Trump tentang Putin

Kursk Sepenuhnya Sudah Dibebaskan dari Tentara Ukraina

Tentara Rusia mengklaim telah sepenuhnya membebaskan wilayah perbatasan Kursk dari kendali Ukraina.

Hal itu dikatakan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia, Valery Gerasimov kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu (26/4/2025).


Sebagai latar belakang, Ukraina berharap dapat menggunakan tanah di wilayah Kursk sebagai alat tawar-menawar dalam perundingan perdamaian di masa mendatang dengan Rusia, yang telah merebut wilayah Ukraina timur dan selatan sejak serangannya dimulai pada tahun 2022.

"Hari ini, pemukiman terakhir di wilayah Kursk, desa Gornal, telah dibebaskan dari pasukan Ukraina," kata Gerasimov dalam pertemuan konferensi video dengan Putin.

"Petualangan rezim Kiev telah gagal total," kata Putin kepada Gerasimov.

Putin berterima kasih kepada para prajurit Rusia atas pengabdian mereka dan mengatakan kalau pembebasan Kursk akan menciptakan kondisi untuk kemajuan lebih lanjut di bagian lain garis depan.


Bersiap Geruduk Penuh Sumy

Pasukan Rusia kini berada di perbatasan dan bersiap meningkatkan ancaman ke wilayah Ukraina, Sumy, area yang berhadap-hadapan dengan Kursk, tempat Moskow telah melakukan serangan dalam beberapa minggu terakhir.

 
Gerasimov secara khusus memuji "kepahlawanan" tentara Korea Utara yang ikut serta dalam operasi tersebut, yang "memberikan bantuan signifikan dalam mengalahkan kelompok angkatan bersenjata Ukraina".

Menurut badan intelijen Korea Selatan dan Barat, lebih dari 10.000 tentara dari Korea Utara dikirim ke Rusia tahun lalu untuk membantu Moskow memerangi serangan mendadak Ukraina di Kursk.


Faktor lain atas kelemahan Ukraina mempertahankan Kursk adalah informasi intelijen dari Amerika Serikat (AS) yang mandek.

"Kurangnya intelijen dari Amerika Serikat terbukti "sangat bermasalah" di Kursk Oblast, New York Times melaporkan , mengutip seorang tentara Ukraina dan seorang pejabat AS.

Penghentian pembagian intelijen telah merusak kemampuan Ukraina untuk mendeteksi dan menyerang pasukan Rusia di wilayah tersebut dan menghambat kemampuannya untuk menyerang target-target utama.

Ukraina juga kehilangan kemampuan untuk mendeteksi mendekatnya pesawat pengebom Rusia dan pesawat tempur lainnya saat mereka lepas landas dari wilayah Rusia, kata sumber pemerintah Ukraina kepada TIME .

Baca juga: Ray Dalio Batal Gabung Dewan Penasihat Danantara, Alasannya Masih Misterius

Baca juga: 7 Santri Dayah Insan Qur’ani Lolos Seleksi Kuliah ke Al-Azhar Mesir Jalur Kemenag, 1 Orang Raih Ini

Baca juga: Haili Yoga-Muchsin Mewaqafkan Diri Sebagai Pelayan Masyarakat

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Berita Terkini