Semasa menjadi sopir, rasa lelah rutin menghampiri Keuchik Harun.
Apalagi terkadang mahasiswa berkelahi di dalam Robur.
Selain berkelahi, bermacam polah tingkah laku lainnya dilakukan mahasiswa kala itu.
Mereka meminta dibelokkan khusus saat di salah satu simpang di kawasan Lingke.
Beberapa sopir lainnya menuruti permintaan mahasiswa.
Setiapkali melewati persimpangan ini, penumpang kendaraan harus bersandar atau berpegangan erat pada benda atau orang di samping maupun di depannya.
Mau tidak mau, penumpang akan saling berdempetan antara sesama.
Sehingga, konon, jadilah simpang itu dinamai Simpang Mesra hingga kini.
Meski demikian, Keuchik Harun tidak menuruti permintaan mahasiswa, sebab berbahaya bagi mereka.
Robur menjadi inspirasi Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan untuk melahirkan bus Trans Koetaradja, sebagai transportasi angkutan massal perkotaan.
Seperti halnya Robur, Trans Koetaradja memiliki semangat yang sama dengan terus mengupayakan inovasi sesuai dengan peradaban di Aceh.
Ini adalah upaya mengenang kembali jasa Robur dalam mengangkut para mahasiswa. (*)
(Serambinews.com/Rauzatul Jannah)
*) Penulis adalah siswa internships dari Muharram Jounalism College (MJC) Banda Aceh.