Kupi Beungoh

Prabowo - Mualem: Sabang, Sumitronomics, dan Agenda yang Belum Selesai – Bagian 4

Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Kapal-kapal yang lebih besar dari Malaccamax, seperti VLCC (Very Large Crude Carrier) dan ULCC (Ultra Large Crude Carrier), harus menghindari Selat Malaka dan mengambil jalur lebih jauh, misalnya melalui Selat Lombok. 

Ini menciptakan tantangan logistik, waktu tempuh, dan biaya. 

Di sinilah Sabang bisa memainkan peran sebagai pelabuhan transshipment -pemindahan muatan antarkapal, atau pelabuhan pengumpan -feeder port untuk kapal besar yang tak bisa melintasi Malaka. 

Dengan kedalaman alamiah Sabang yang mencapai lebih dari 20 meter, pelabuhan ini bisa disiapkan menjadi pelabuhan samudera yang melayani kapal besar.

Peran inilah yang selama ini dalakoni oleh  Pelabuhan Salalah di Oman, Jabal Ali di Dubai, atau Pelabuhan Port Said, Suez, di Mesir.

Ketiganya menjadi simpul logistik utama yang menghubungkan pergerakan kapal antar benua, dan Sabang punya potensi sejajar jika dikelola dengan visi dan investasi jangka panjang.

Sabang juga dapat berperan sebagai buffer hub-pusat penyangga dalam konteks ketegangan geopolitik. 

Dalam situasi seperti krisis Laut Cina Selatan, konflik di Timur Tengah, atau blokade rute pelayaran di Laut Merah, Selat Hormuz, dan Terusan Suez, dunia membutuhkan titik-titik logistik cadangan untuk rerouting-pengalihan rute. 

Sabang dapat menjadi salah satunya--pelabuhan yang netral, aman, dan strategis secara geopolitik. 

Dalam konteks kerja sama India–ASEAN, atau inisiatif Indo-Pasifik, Sabang juga bisa menjadi penyeimbang bagi dominasi pelabuhan besar seperti Singapura atau Colombo, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam arsitektur maritim regional.

Namun untuk semua ini terwujud, kita butuh konsistensi dan keberanian politik. 

Sabang bukan hanya soal anggaran dan infrastruktur. 

Ini soal keberpihakan dan arah kebijakan.

Titik Balik Sejarah yang Tertunda 

Maka inisiatif pembangunan Sabang harus melibatkan kepemimpinan nasional, provinsi, dan aktor strategis lainnya dalam satu visi besar- menjadikan Sabang sebagai titik balik dari sejarah yang tertunda. 

Dalam konteks ini, Prabowo punya posisi simbolik dan substantif. 

Halaman
1234

Berita Terkini