“Untuk dukungan operasional, BUMD segera mengajukan penyertaan modal dari pemerintah daerah, dan dalam waktu dekat membentuk sub-bidang usaha, serta merekrut staf teknis berkompeten,” ucapnya.
Suhaimi menyebutkan, keberadaan BUMD ini, diharapkan menjadi titik awal pembenahan ekonomi lokal Abdya, terutama dalam peningkatan produktivitas petani, penguatan rantai pasok pangan, dan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sebelumnya, Bupati Abdya Dr Safaruddin SSos, MSP, terus melakukan berbagai langkah untuk mewujudkan cita-cita Presiden Prabowo menjadikan Indonesia swasembada pangan.
Salah satu upaya Bupati Safaruddin untuk mewujudkan cita-cita tersebut, yakni menghidupkan kembali kilang padi modern atau RMU di Komplek Balai Benih Utama, Suka Labu, Kecamatan Tangan-Tangan.
RMU milik Pemerintah Abdya itu mampu menampung gabah 40 ton per hari.
Bangunan pabrik padi modern tersebut dibangun pada tahun 2019 lalu menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan nilai anggaran Rp 7,7 miliar lebih.
“Pak Presiden memiliki cita-cita besar ingin menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada pangan.
Itu sudah dimulai dengan stabilitas harga gabah yang dibeli oleh Bulog Rp 6.500 per kilogram.
Itu sangat membantu sekali, dan petani juga mengucapkan terima kasih atas kebijakan Pak Presiden,” kata Safaruddin, kepada Serambinews.com, Jumat (18/4/2025) lalu.
Apalagi, serapan gabah kering panen (GKP) dari petani Abdya telah mencapai 2.737,91 ton.
Angka ini telah melewati target yang ditetapkan sebesar 2.651,36 ton.
“Tentu, ke depan harus kita pertahankan, malah kita tingkatkan lagi.
Salah satunya bagaimana kita mengerakkan para petani sadar bahwa semua pihak harus bersinergi, baik petani dengan penyuluh pertanian dan juga dengan pemerintah untuk mencapai target besar itu,” ujarnya.
Ke depan, kata Safaruddin, gabah hasil panen petani Abdya harus ditampung oleh Bulog.
Malahan, pihak Bulog mengatakan bahwa Abdya perlu punya pabrik operasional untuk penggilingan padi agar jangan dibawa lagi ke kabupaten tetangga.