Berita Luar Negeri

Duta Besar Gadungan Tipu Puluhan Perusahaan Dunia, Pelaku Ngaku dari Negara Ini: Punya Kantor Dubes

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Nur Nihayati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pria asal India berhasil menipu puluhan individu dan perusahaan dengan berpura-pura menjadi duta besar dari negara kecil fiktif. Pelaku bernama Harshvardhan Jain (47), mendirikan sebuah kantor kedutaan palsu di bungalow mewah kawasan elit Kavi Nagar, Ghaziabad, Uttar Pradesh, India.

Aparat mengeluarkan blue corner notice terhadap Jain guna melacak aktivitas internasionalnya serta kemungkinan adanya kolaborator asing.

Kantor Didesain Layaknya Keduataan

Untuk memperkuat tipu dayanya, Jain mengibarkan bendera negara mikro di luar rumah sewaannya dan memarkir mobil-mobil mewah untuk meyakinkan calon korban bahwa kedutaan tersebut sah. 

Ia menjanjikan pekerjaan dan peluang bisnis internasional kepada para korban dengan imbalan biaya besar.

Hingga kini belum diketahui sudah berapa lama kedutaan palsu itu beroperasi. 

Mobil-mobil mewah berpelat nomor diplomatik palsu di depan kedutaan ilegal di Kavinagar, Ghaziabad, Uttar Pradesh. (The Indian Expres/ANI)

Polisi masih terus mendalami jumlah korban dan potensi jaringan internasional yang terlibat dalam penipuan berskala global ini.

Fenomena kedutaan palsu seperti ini bukanlah yang pertama. 

Sebelumnya, kasus serupa pernah terjadi di Ghana, di mana sebuah kedutaan Amerika Serikat palsu beroperasi selama satu dekade sebelum dibongkar.

Kasus Serupa Pernah Terjadi

Pada 2016, otoritas Ghana, bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, telah menutup sebuah kedutaan besar Amerika Serikat palsu yang beroperasi di ibu kota Accra selama lebih dari satu dekade. 

Kedutaan palsu tersebut diketahui telah mengeluarkan visa dan dokumen identitas ilegal harga hingga 6.000 dolar AS per orang.

Dalam pernyataannya, Departemen Luar Negeri AS mengungkapkan bahwa operasi ilegal ini dijalankan oleh jaringan kejahatan terorganisir asal Ghana dan Turki, termasuk seorang pengacara lokal spesialis hukum imigrasi dan pidana.

Gedung kedutaan palsu tersebut hanya berupa bangunan dua lantai berwarna merah muda dengan atap seng, sangat berbeda dari kedutaan AS yang asli yang terletak di kawasan elit dengan pengamanan ketat dan penjagaan militer.

Meski tidak ada staf Amerika asli, para pelaku menggunakan warga Ghana dan Turki yang mahir berbahasa Inggris untuk mengelabui para korban. 

Mereka juga menampilkan bendera AS dan potret Presiden Barack Obama kala itu untuk menambah kesan autentik.

Menurut keterangan pihak berwenang, kedutaan palsu ini beroperasi tiga hari seminggu dan tidak menerima kunjungan langsung. 

Para korban direkrut melalui selebaran dan papan reklame di Ghana, Togo, dan Pantai Gading, kemudian diangkut ke Accra dan ditampung di hotel-hotel sebelum “dilayani” di kedutaan palsu. 

Halaman
123

Berita Terkini