Aceh Singkil

Fenomena Buaya Rawa Singkil, Antara Konflik Manusia dan Potensi Wisata Kegemaran Bangsa Eropa 

Penulis: Dede Rosadi
Editor: Nur Nihayati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BUAYA: Buaya muara Singkil, Aceh Singkil.

Sebagai bentuk reaktif di lokasi dipasang perangkap penangkap buaya. 

Kegemaran Wisatawan Eropa

Keberadaan buaya di rawa Singkil, ternyata menjadi daya tarik bagi wisatawan asal Eropa Barat, Eropa Timur dan Australia.

Bangsa Eropa itu, jauh-jauh datang untuk melihat dari jarak dekat buaya di alam liar Singkil.

Wisatawan mancanegara yang menggemari wisata petualangan melihat buaya rawa Singkil, antara lain dari Francis, Jerman, Rumania, Belanda, Belgia, Austria, Australia dan sejumlah negara Eropa lainnya. 

Dalam berpetualangan melihat buaya, wisatawan tersebut menggunakan perahu dengan pemandu lokal. 

"Melihat buaya sudah jadi paket wisata Eropa dan Australia ke Singkil," kata Andang salah satu pemandu lokal wisatawan dengan paket petualangan melihat buaya rawa Singkil. 

Sekali berpetualangan para bule itu, mengeluarkan biaya sekitar Rp 500 ribu per orang. 

Selain melihat buaya, dengan biaya Rp 500 ribu wisatawan Eropa juga bisa menikmati atraksi budaya lokal. 

Seperti pembuatan kain kasab benang emas di Kuala Baru serta kearifan lokal lainnya.

Selesaikan Konflik 

Keberadaan buaya satu sisi menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Sisi lainnya acap menimbulkan konflik dengan manusia. 

Problem konflik manusia dengan buaya itu, harus segara diselesaikan. Terutama dengan mengurai alasan warga nekat mencari nafkah di sarang buaya. 

Menurut keterangan warga, mereka mencari nafkah di sarang buaya karena impitan ekonomi. 

Tentu problem impitan ekonomi inilah yang harus diselesaikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Singkil. 

Halaman
1234

Berita Terkini