Apa pesan Pak Rektor untuk pemerintah pusat dan pemerintah Aceh agar tidak mengabaikan akar konflik di masa lalu?
Banyak konflik di dunia ini lahir dari ketidakadilan, kemiskinan, dan kesenjangan kekuasaan.
Belajar dari sejarah kelam Aceh, saya berharap pemerintah pusat dan Pemerintah Aceh benar-benar fokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama melalui pemerataan akses pendidikan, layanan kesehatan, dan penguatan ekonomi rakyat.
Jangan sampai akar penyebab konflik dulu diabaikan begitu saja, karena bisa menjadi bara yang sewaktu-waktu menyala kembali.
Apakah korban konflik dan keluarganya sudah cukup mendapatkan keadilan dan perhatian? Apa langkah konkret yang masih perlu diambil?
Saya rasa negara masih memiliki tanggung jawab besar terhadap korban konflik. Mereka harus menjadi tanggungan negara.
Anak-anak korban harus mendapatkan pendidikan sampai jenjang sarjana, akses pelayanan kesehatan yang baik, serta bantuan ekonomi untuk pemberdayaan keluarga mereka.
Jika diberi kesempatan berbicara kepada seluruh rakyat Aceh hari ini, pesan damai apa yang ingin Bapak sampaikan?
Mari kita semua bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas karunia perdamaian ini.
Kita juga berterima kasih kepada pencetus perdamaian ini, Bapak SBY dan Bapak Jusuf Kalla.
Tanpa peran mereka, damai ini mungkin tak pernah terwujud.
Sebagai rakyat Aceh, kita wajib menjaga dan merawat perdamaian ini demi masa depan yang lebih baik untuk anak cucu kita.
Apa satu hal yang menurut Pak Rektor dapat memperkuat perdamaian Aceh, jika dilakukan bersama oleh semua pihak?
Kolaborasi dan kebersamaan. Semua hal akan terasa lebih ringan dan lebih mudah jika dilakukan secara bersama-sama.
Pemerintah Aceh harus merangkul semua elemen masyarakat, baik ulama, tokoh adat, akademisi, pemuda, maupun pelaku usaha.