Menurutnya, lahirnya MoU Helsinki bukan sekadar perjanjian politik, tetapi “ikrar suci” yang ditulis dengan air mata dan pengorbanan rakyat Aceh.
“Dokumen itu bukan hanya formalitas. Itu adalah komitmen kita untuk membangun masa depan yang damai dan sejahtera,” tegas Ayahwa.
Acara zikir akbar ini tidak hanya menjadi peringatan atas peristiwa penting dalam sejarah Aceh, tetapi juga menjadi momentum refleksi bagi seluruh elemen masyarakat agar terus menjaga perdamaian dan tidak mengulangi kesalahan masa lalu.(*)
Baca juga: Sejumlah Tokoh Hadiri Peringatan Hari Damai Aceh ke-20