Kematian Zara Qairina

Polisi Temukan Adanya Bullying, Kelalaian dan Pelecehan Seksual dalam Kasus Kematian Zara Qairina

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Investigasi polisi atas kematian siswi kelas satu, Zara Qairina Mahathir, menemukan adanya unsur perundungan (bullying), pengabaian, dan pelecehan seksual. 

Polisi Temukan Adanya Bullying, Kelalaian dan Pelecehan Seksual dalam Kasus Kematian Zara Qairina

SERAMBINEWS.COM - Investigasi polisi atas kematian siswi kelas satu, Zara Qairina Mahathir, menemukan adanya unsur perundungan (bullying), pengabaian, dan pelecehan seksual. 

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Dalam Negeri, Datuk Seri Saifuddin Nasution Ismail, dalam sidang Dewan Rakyat, Senin (18/8/2025).

Saifuddin menjelaskan, temuan tersebut diperoleh dari keterangan 195 orang saksi yang telah diperiksa polisi.

"Saya tidak mengesampingkan kemungkinan adanya tuntutan, karena ada unsur intimidasi dalam kasus ini,” katanya, dilansir dari Astro Awani.

Menurutnya, sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak-anak, sehingga tidak boleh ada upaya menutup-nutupi kasus perundungan. 

"Persoalan ini sudah jelas, oleh karena itu kita tegaskan tidak boleh ada upaya menutup-nutupi, apalagi yang menyangkut kasus bullying di sekolah, yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak-anak kita,” tegasnya.

KASUS TEWASNYA ZARA - Zara Qairina Mahathir (13) siswi sekolah di Malaysia tewas usai terjatuh dari lantai 3 sekolah di Sabah, Malaysia. Kasusnya viral lantaran diduga dibully. (Tangkap layar YouTube The Star) (Tangkap layar YouTube The Star)

Baca juga: Misteri Kematian Zara Qairina: Sidang Penentuan Pemeriksaan Digelar Hari Ini, 195 Saksi Diperiksa!

Ia menegaskan, selain unsur perundungan, ditemukan pula unsur kelalaian, karena korban sebelumnya telah mengajukan pengaduan ke pihak sekolah.

"Selain itu, ada pula unsur kelalaian mengingat korban sebelumnya telah membuat pengaduan ke pihak sekolah, dan masalah ini pun sedang diselidiki,” ungkapnya.

“Faktanya, unsur-unsur pelecehan seksual juga sedang diselidiki dalam kasus ini,” ujar Saifuddin.

Ia menambahkan, saat ini keputusan berada di tangan Jaksa Agung untuk menentukan apakah tuntutan hukum akan diajukan atau tidak.

Kasus kematian Zara Qairina telah menjadi sorotan publik dan memicu keprihatinan luas terhadap isu perundungan serta keselamatan anak di lingkungan sekolah.

Polisi Periksa 3 Perwira Dalam Kasus Kematian Zara Qairina

Departemen Integritas dan Kepatuhan Standar Kepolisian Malaysia (JIPS) akan memeriksa tiga perwira polisi dalam kasus kematian Zara Qairina.

Ketiga perwira polisi tersebut terlibat dalam penyelidikan awal atas kematian Zara Qairina Mahathir, siswi Kelas Satu Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha, Sabah, Malaysia.

Wakil Inspektur Jenderal Polisi, Ayob Khan Mydin Pitchay mengatakan JIPS telah membuka berkas penyelidikan disiplinterhadap kepala polisi distrik dengan pangkat inspektur.

Kemudian kepala divisi investigasi kriminal distrik dengan pangkat Asisten Inspektur Polisi (ASP), dan petugas investigasi dengan pangkat inspektur.

Ketiganya diduga tidak mematuhi prosedur operasi standar (SOP) saat menyelidiki kasus kematian Zara Qairina.

Petugas JIPS Bukit Aman akan langsung datang ke Sabah dalam beberapa hari ini untuk mengambil keterangan dari ketiga polisi tersebut.

"Penyelidikan ini terkait dengan ketidakpatuhan terhadap SOP penyelidikan kasus Zara Qairina dan pengawasan petugas penyidik," ujarnya.

Ia mengatakan, tindakan tegas akan dilakukan terhadap penyidik dan atasan yang bertanggung jawab apabila terbukti ada ketidakpatuhan terhadap SOP penyidikan.

Sejauh ini, katanya, ketiga perwira tinggi yang terlibat masih menjalankan tugasnya seperti biasa.

Pada Rabu (13/8/2025), Direktur Departemen Investigasi Kriminal Bukit Aman, M Kumar mengumumkan bahwa temuan awal investigasi Propam menemukan adanya unsur ketidakpatuhan terhadap SOP oleh petugas investigasi terkait kematian Zara Qairina.

Siswa Kelas Satu dari sebuah sekolah agama dipastikan meninggal di Rumah Sakit Queen Elizabeth, Kota Kinabalu, Sabah pada tanggal 17 Juli 2025 setelah dirawat di sana sehari sebelumnya.

Dia ditemukan tidak sadarkan diri di saluran pembungan dekat Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Tun Datu Mustapha, asrama Papar pada pukul 4 pagi pada 16 Juli 2025.

Polisi Buru Dokter Bedah di TikTok

Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) dan Kepolisian Malaysia (PDRM) tengah berupaya mengidentifikasi seorang pengguna TikTok

Pengguna yang mengaku sebagai dokter bedah itu menyatakan terlibat dalam otopsi Zara Qairina Mahathir, siswi Kelas Satu Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha, Papar, Sabah.

Dalam siaran langsung di platform TikTok Rabu lalu, dokter bedah itu memberikan gambaran kesimpulan yang beragam seolah-olah Zara Qairina melompat dari gedung sekolah sendirian.

Menteri Komunikasi, Datuk Fahmi Fadzil mengatakan, pengguna tersebut mengaku hadir dan terlibat dalam otopsi jenazah Zara Qairina pada 10 Agustus 2025.

Tetapi tinjauan oleh Kementerian Kesehatan Malaysia mengonfirmasi bahwa pengguna TikTok tersebut bukan dokter spesialis bedah.

“Orang tersebut telah menyebarkan berbagai informasi yang belum diverifikasi dalam siaran langsung TikTok, sehingga menimbulkan kesan bahwa hal-hal yang diungkapkan benar-benar terjadi dan sayangnya isi siaran tersebut telah menjadi viral dan menyebabkan kebingungan publik," ujarnya, Sabtu (16/8/2025).

Kepolisian Malaysia telah mengindentifikasi akun TikTok tersebut dengan nama pengguna @berjuanguntukzara.

Polisi tengah mencari keberadaan orang tersebut dan terancam didakwa dengan Seksyen 4(1) Akta Hasutan 1948, Seksyen 505(b) Qanun Keseksaan dan Seksyen 233 Akta Komunikasi dan Multimedia 1998.

Kepolisian menjelaskan bahwa perbuatan pengguna TikTok tersebut telah menimbulkan kegaduhan publik, dan mengganggu proses penyelidikan kasus kematian Zara Qairina yang sedang berjalan.

Tindakan ini, menurut polisi, juga dianggap mengganggu ketenteraman masyarakat.

"Ini melibatkan pelanggaran penyalahgunaan fasilitas dan layanan jaringan, serta konten yang cenderung memicu kebencian terhadap pihak mana pun, serta menimbulkan keresahan dan ketakutan di masyarakat,” ujar Direktur Departemen Investigasi Kriminal Bukit Aman, Datuk M Kumar, Sabtu (16/8/2025).

"Penyebaran informasi yang belum terverifikasi juga dapat memengaruhi kelancaran dan efektivitas proses investigasi polisi," sambungnnya.

Lebih lanjut, Datuk Fahmi Fadzil mengatakan bahwa hasil peninjauan oleh Kementerian Kesehatan Malaysia mengonfirmasi bahwa pria tersebut bukan pegawai kementerian, apalagi terlibat dalam proses otopsi. 

"Faktanya, Kementerian Kesehatan, melalui Dokter Spesialis Patologi di Rumah Sakit Queen Elizabeth I, Kota Kinabalu, Dr Jessie Hiu, yang memimpin proses otopsi remaja tersebut, juga menekankan bahwa individu yang terlibat bukan bagian dari tim medis,”

"Sayangnya, konten tersebut telah viral sejak kemarin malam (Jumat) karena memberikan kesan bahwa apa yang dikatakannya benar-benar terjadi," ujarnya.

Fahmi menambahkan bahwa akun TikTok tersebut juga telah diubah ke mode 'pribadi', sehingga mencegah interaksi apa pun dengannya.

Ia juga menginformasikan bahwa semua informasi yang disebarkan oleh individu tersebut juga tidak benar.

Dalam hal ini, Fahmi mengimbau masyarakat untuk membedakan antara berita palsu dan asli sebelum mempercayainya.

Sehubungan dengan hal tersebut, masyarakat diimbau untuk segera menghentikan tindakan-tindakan tidak bertanggung jawab yang menyebarkan informasi yang belum terverifikasi kebenarannya, guna menghindari kebingungan di tengah masyarakat.

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Baca dan Ikuti Berita Serambinews.com di GOOGLE NEWS 

Bergabunglah Bersama Kami di Saluran WhatsApp SERAMBINEWS.COM 

Berita Terkini