Peneliti Gempa Ingatkan, Jakarta Bisa Bernasib Seperti Aceh

Editor: Yocerizal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MENANGIS - Warga Aceh menangis di atas pusara para korban di Kuburan Massal, Ulee Lheue, Kota Banda Aceh, pada peringatan gempa dan tsunami Aceh ketiga, Rabu, 26 Desember 2007.

Dari gambaran catatan ini, intensitas guncangan diperkirakan setara VII–VIII MMI (Modified Mercalli Intensity), cukup kuat untuk meruntuhkan bangunan bata tanpa rangka.

Baca juga: VIDEO - Gebrak Meja Saat Sidak, Kini Wamenaker Immanuel Ebenezer Terseret OTT KPK

Baca juga: Korban Selamat Kecelakaan di Jalan Tol Sibanceh- Padang Tiji Dirujuk ke Banda Aceh

Lima dekade kemudian, gempa 1834 kembali memorakporandakan kawasan Batavia dan sekitarnya. Arsip Javasche Courant menulis catatan suasana yang terjadi saat gempa terjadi.

Meski dampaknya di Batavia tidak separah gempa 1780, namun gempa ini juga menyebabkan beberapa kerusakan.

“Di Buitenzorg, istana gubernur jenderal hancur sebagian,"

"Di Batavia, getaran terasa kuat, banyak rumah mengalami keretakan besar dan orang-orang dicekam ketakutan. Mereka mengira dunia akan runtuh,” tulis catatan tersebut.

Peneliti memperkirakan guncangan gempa 1843 ini di Batavia mencapai VII–VIII MMI, sementara di Bogor (Buitenzorg) bahkan lebih kuat, sekitar VIII–IX MMI.

Sayangnya saat itu belum ada teknologi akurat untuk mencatat secara detail besaran gempa yang mengguncang Batavia pada 1780 dan 1834.

Namun, dari suasana yang tergambar dalam catatan arsip dapat diperkirakan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) yang terjadi.

Bisa Bernasib Seperti Aceh

Namun ancaman satu-satunya bukan hanya berasal dari sesar Baribis. Zona Megathrust Selat Sunda juga menjadi salah satu ancaman utama bagi Jakarta.

Zona ini sewaktu-waktu bisa pecah dan menghasilkan gempa dahsyat dengan kekuatan yang diperkirakan hingga magnitudo 9,1.

Baca juga: Gadis Meukek - Aceh Selatan Hilang 3 Bulan, Sang Ibu Khawatir Jadi Korban Perdagangan Orang

Baca juga: VIDEO - 40.000 Prajurit Mesir Menuju Perbatasan Gaza, Siap Lawan Israel ?

Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa mengatakan potensi bencana gempa megathrust di wilayah selatan Jawa bisa terjadi kapan saja dan dapat memicu tsunami.

Bahkan hingga skala besar seperti yang terjadi di Aceh pada 20 tahun silam.

"Potensi megathrust ini dapat memicu guncangan gempa yang besar dan tsunami, yang menjalar melalui Selat Sunda hingga ke Jakarta dengan waktu tiba sekitar 2,5 jam," ujar Rahma usai menghadiri acara peringatan 20 tahun tsunami Aceh di Banda Aceh, Kamis (26/12/2024), dikutip dari laman resmi BRIN.

Hasil simulasi yang dilakukan BRIN dan tim peneliti dari berbagai institusi menunjukkan tinggi gelombang tsunami imbas gempa megathrust Selat Sunda diperkirakan mencapai 20 meter di pesisir selatan Jawa, 3-15 meter di Selat Sunda, dan sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta.

Penelitian ini menunjukkan fenomena serupa pernah terjadi dalam sejarah, yakni tsunami Pangandaran 2006 yang dipicu marine landslide di dekat Nusa Kambangan.

Halaman
123

Berita Terkini