Peneliti Gempa Ingatkan, Jakarta Bisa Bernasib Seperti Aceh

Editor: Yocerizal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MENANGIS - Warga Aceh menangis di atas pusara para korban di Kuburan Massal, Ulee Lheue, Kota Banda Aceh, pada peringatan gempa dan tsunami Aceh ketiga, Rabu, 26 Desember 2007.

"Energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa terus bertambah seiring waktu,"

"Jika dilepaskan sekaligus, goncangan akan memicu tsunami tinggi yang bisa berdampak luas, tidak hanya di selatan Jawa tetapi juga di wilayah pesisir lainnya," tutur Rahma.

Menurut Rahma daerah perkotaan seperti Jakarta memiliki kepadatan penduduk tinggi dan sedimen tanah yang rentan mengamplifikasi goncangan.

Dengan demikian, upaya mitigasi juga harus mencakup retrofitting atau penguatan struktur bangunan.

"Retrofitting sangat penting, terutama untuk bangunan di kawasan padat penduduk, karena goncangan kuat berpotensi menyebabkan kerusakan masif dan korban jiwa," jelasnya.

Baca juga: Sosok & Sepak Terjang Rudy Tanoe, Kakak Hary Tanoe Terjerat Korupsi Bansos,Bikin Negara Rugi Rp200 M

Baca juga: Mualem Tegaskan Komitmen Jalankan Keberlanjutan Perdamaian Aceh, Siap Kawal Hasil Rekomendasi

Eks Ketua Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) Subardjo dalam acara Sarasehan Nasional IKAMEGA pada 2018 silam sempat menjelaskan soal ancaman tersebut.

"Berdasarkan segmentasi megathrust pada Peta Gempa Bumi Nasional pada tahun 2017, kita ketahui ada dua megathrust yang dekat dengan Jakarta, yang bisa mempengaruhi kerusakan bangunan atau infrastruktur yang ada di Jakarta," tutur Subardjo saat itu.

Subardjo menyebut kekhawatiran para ilmuwan pada zona Megathrust Selat Sunda dikarenakan saat ini merupakan zona seismic gap.

Menurutnya, jika Megathrust Selat Sunda pecah, bukan tidak mungkin Jakarta akan mengalami nasib serupa seperti Aceh pada 2004 silam.

"Jika terjadi, Megathrust Selat Sunda itu berpotensi gempa dengan 8,7 SR, setara dengan 9.0 Magnitude Moment atau MW. Itu setara dengan gempa di Aceh (Desember 2004), sehingga akan menimbulkan tsunami," kata Subardjo.

"Tapi yang menjadi kekhawatiran bagi kita adalah bukan tsunaminya, tapi getarannya atau goncangannya, mengingat jarak antara Megathrust Selat Sunda dengan Jakarta itu sekitar 200-250 km,"

"Di bawah tanah Jakarta itu adalah tanah endapan atau aluvial yang bisa menimbulkan amplifikasi atau pun besaran-besaran amplitudo," imbuhnya.(*)

Baca juga: Putin tak Peduli dengan Nasib Mantan Marinir Indonesia Satria Kumbara

Baca juga: Konferensi 20 Tahun Damai Hasilkan 10 Rekomendasi

Berita Terkini