"Keberadaan benteng itu sebagai pos pertahanan yang dibangun Jepang untuk mengantisipasi serangan balik dari musuh, terutama Belanda yang sebelumnya ingin menguasai Aceh," ujarnya.
Baca juga: Rindu Gubernur Rasa Sultan Aceh
Ia mengungkapkan, benteng-benteng itu dibangun yang tersebar di sepanjang garis pantai, mulai dari Muara Tiga (Laweung), Benteng dan Blang Paseh, Kecamatan Kota Sigli.
Juga di kawasan Cot Jaja, Kecamatan Simpang Tiga.
Aset sejarah masa lalu
Ia menambahkan, masyarakat sekitar menyebutkan benteng tersebut dengan nama "kurok kurok".
Karena bentuknya menyerupai sarang binatang.
Baca juga: Belajar di Rumoh Manuskrip: Melihat Kecintaan Sultan Aceh Terhadap Ilmu Pengetahuan
Bangunan itu dibangun dengan lebih dahulu digali tanah atau pasir sebagai perlindungan.
Kata Cek Midi, ironisnya, benteng-benteng tersebut yang sejatinya sebagai aset sejarah masa lalu.
Tapi saat ini dalam kondisi terbengkalai, tidak terawat dan banyak yang mulai dipenuhi lumut hingga menjadi semak belukar.
Bangunan itu merupakan aset sejarah penting yang idealnya dilestarikan dan dikembangkan sebagai objek wisata sejarah.
Agar generasi berikutnya mengetahui bahwa daerah mereka pernah menjadi benteng pertahanan Jepang pada masa Perang Dunia II.
"Secara sejarah, benteng itu dibangun pada masa pendudukan Jepang di Indonesia sekitar tahun 1942-1945, sebagai bagian dari strategi pertahanan Jepang di wilayah Aceh," pungkasnya. (*)
Baca juga: VIDEO Tradisi Meugang Sudah Dilakukan Sejak Masa Kerajaan Aceh