Citizen Reporter

Transformasi AI Dalam Pendidikan: Menata Ulang Peta Jalan Pendidikan Global

Di tengah revolusi ini, sektor pendidikan, baik sekolah maupun perguruan tinggi, memegang peran strategis sebagai penentu arah perjalanan

Editor: mufti
IST
Dr. EDWAR M. NUR., Participant GEDF 2025 dari Aceh di Vanderbilt University, Nashvile, melaporkan dari Tennesse, Amerika Serikat 

Dr. EDWAR M. NUR., Participant GEDF 2025 dari Aceh di Vanderbilt University, Nashvile, melaporkan dari Tennesse, Amerika Serikat

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam beberapa tahun terakhir bergerak begitu cepat dan masif. AI tidak hanya mengubah cara industri bekerja, tetapi juga mulai mendefinisikan ulang cara manusia belajar, memahami informasi, dan berinteraksi dengan pengetahuan.

Di tengah revolusi ini, sektor pendidikan, baik sekolah maupun perguruan tinggi, memegang peran strategis sebagai penentu arah perjalanan pembelajaran global.

Namun, satu hal yang perlu ditegaskan, AI bukanlah tujuan, melainkan alat. Oleh karena itu, transformasi AI dalam dunia pendidikan harus diarahkan, bukan dibiarkan berjalan tanpa kompas, agar tetap selaras dengan nilai kemanusiaan dan tujuan pendidikan yang berkelanjutan.

GEDF 2025

Mengingat, semakin pentingnya isu AI dalam dunia pendidikan, sehingga konferensi tahunan Global Education Deans Forum (Forum Dekan Pendidikan Global) Tahun 2025 di Vanderbilt University, Nashvile, Amerika Serikat, mengangkat tema Menavigasi Transformasi Kecerdasan Buatan (AI) Dalam Peyelenggaraan Pendidikan.

Dalam forum penting ini terungkap bahwa mengarahkan transformasi IA dalam ekosistem pendidikan berarti menata ulang strategi pembelajaran, kurikulum, serta kapasitas tenaga pendidik agar mampu memanfaatkan IA secara adaptif.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan asesmen, menumbuhkan literasi digital dan etika pada siswa dan mahasiswa, membangun kolaborasi lintas disiplin ilmu, antara lembaga pendidikan, teknologi, dan kebijakan publik.

Forum ini mengeksplorasi peran penting pimpinan perguruan tinggi dalam memimpin inovasi pendidikan dan mengarahkan bagaimana AI memengaruhi perguruan tinggi dan lembaga pendidikan.

Kami turut menjadi peserta pada forum ini. Hadir dalam forum ini pimpinan lembaga pendidikan, akademisi, praktisi, dan pemerhati pendidikan dari 40 institusi pendidikan tinggi mewakili 15 negara dari enam benua.

Forum tahunan bergengsi ini menjadi wadah strategis bagi para pemimpin pendidikan global untuk membahas arah, tantangan, dan peluang AI dalam pengembangan ekosistem pendidikan yang inovatif, inklusif, dan berkelanjutan.

AI dan arah baru

Saat ini, AI telah digunakan untuk membantu personalisasi pembelajaran, otomatisasi administrasi akademik, penilaian berbasis data, hingga pendampingan belajar mandiri.

Bagi peserta didik, AI memberi akses pada ruang belajar yang lebih terbuka, fleksibel, dan tak terikat sekat ruang kelas. Sedangkan bagi pendidik, AI menghadirkan peluang untuk mengoptimalkan peran sebagai fasilitator, pembimbing, dan penguat karakter.

Namun, kemajuan ini mengandung tantangan, apakah pendidikan hanya akan menjadi proses teknis atau tetap proses pembentukan manusia seutuhnya?

Di sinilah konsep pendidikan global memainkan perannya sebagai peta jalan (roadmap) yang menjaga agar transformasi AI tetap berada dalam koridor visi pendidikan: membentuk manusia yang berpikir kritis, beretika, peduli lingkungan, sosial, kreatif, serta mampu beradaptasi dengan masa depan.

Harus jadi pengarah

Pendidikan tidak cukup hanya mengadopsi teknologi, pendidikan harus mengarahkannya. Artinya, sekolah dan perguruan tinggi perlu:

1.   menanamkan literasi AI sejak dini. Tidak hanya cara menggunakan, tetapi juga cara memahami logika, etika, dan dampaknya bagi masyarakat.

2.   mengembangkan kurikulum lintas disiplin. AI tidak berdiri sendiri, tetapi terkait juga dengan humaniora, sosial, emosional, etika, seni, dan budaya;

3.   membekali pendidik dengan peran baru. Guru dan dosen bukan digantikan oleh AI, melainkan diperkuat perannya sebagai mentor dan pembimbing nilai etik, moral dan emosional; dan

4.   membangun jejaring kolaborasi global. Dunia pendidikan harus saling berbagi dalam praktik. penelitian, dan inovasi lintas negara untuk membangun ekosistem AI yang sehat dan inklusif.

Human centered learning

Pendidikan global saat ini menekankan konsep ‘human centered learning’, pendidikan yang memusatkan perkembangan pada manusia. Oleh karena itu, AI harus hadir sebagai penguat kompetensi manusia, bukan menggantikannya.

Prinsip-prinsip moral, empati, tanggung jawab sosial, dan kesadaran budaya harus tetap menjadi fondasi. Teknologi berubah cepat, pendidikan tetap harus menjadi jangkar nilai kemanusian.

Namun, keberhasilannya tidak ditentukan oleh kecanggihan teknologi semata, melainkan oleh arah dan prinsip yang digunakan dalam mengelolanya. Pendidikan memiliki mandat historis dan moral untuk memastikan bahwa AI digunakan untuk memperluas akses, memperdalam kualitas pembelajaran, dan memajukan peradaban.

Memperkuat jejaring

Konferensi yang berlangsung selama empat hari ini tidak hanya menghasilkan rekomendasi strategis bagi pengambil kebijakan pendidikan, tetapi juga memperkuat jejaring kerja sama antarnegara.

Global Education Deans Forum 2025 di Vanderbilt University menjadi momentum penting dalam perjalanan transformasi pendidikan global, khususnya dalam pemanfaatan teknologi AI, untuk menunjang pendidikan dan pengajaran serta membangun sistem pendidikan yang lebih kolaboratif, inklusif, dan berorientasi masa depan yang beradaptasi dengan teknologi dengan mempertahankan nilai-nilai kemanusian.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved