Kesehatan
Keluar Darah Saat Berhubungan Tanpa Rasa Sakit? dr Boyke: Waspada Postcoital Bleeding Kanker Serviks
Keluar darah saat berhubungan intim kerap dianggap sepele atau dianggap hal biasa oleh sebagian pasangan.
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - Keluar darah saat berhubungan intim kerap dianggap sepele atau dianggap hal biasa oleh sebagian pasangan.
Padahal, kondisi ini tidak boleh diabaikan terutama jika terjadi tanpa disertai rasa sakit.
Dokter spesialis kandungan, dr Boyke Dian Nugraha, mengingatkan bahwa keluarnya darah saat berhubungan bisa menjadi pertanda masalah kesehatan serius, salah satunya adalah kanker mulut rahim atau kanker serviks.
“Ya, darah keluar tanpa rasa sakit pada saat berhubungan tetap berbahaya. Tetap harus dicari penyebabnya,” tegas dr Boyke di akun TikTok Klinik Pasutri, dikutip Serambinews.com, Santu (11/10/2025).
Ia menjelaskan, dalam dunia medis, kondisi ini disebut postcoital bleeding.
Postcoital bleeding adalah perdarahan yang muncul setelah atau saat berhubungan seksual, dan sering kali menjadi gejala awal kelainan di leher rahim.
Baca juga: Berhenti Minum Pil KB Apa Bisa Langsung Hamil? dr Boyke Jelaskan Soal Waktu Pemulihan Hormon
“Postcoital bleeding itu adalah sebagai ciri saat berhubungan seks dia keluar darah tanpa rasa sakit. Itu ciri-ciri salah satunya adalah kanker mulut rahim atau kanker serviks,” jelasnya.
Karena itu, siapa pun yang mengalami perdarahan saat berhubungan, baik dengan atau tanpa rasa sakit, segera periksa ke dokter. Pemeriksaan diperlukan untuk memastikan penyebabnya, apakah:
- Terjadi luka pada vagina atau leher rahim,
- Adanya tanda-tanda kanker serviks, atau
- Hanya gangguan keseimbangan hormon.
Pemeriksaan dini sangat penting karena kanker serviks pada stadium awal sering tidak menimbulkan gejala lain. Jika terdeteksi lebih awal, peluang keberhasilan pengobatan akan jauh lebih tinggi.
Baca juga: Remaja Harus Tau! Dr Boyke Ungkap Bahaya Nonton Pornografi: Otak ‘Lemot’, Sulit Buat Rencana Hidup
Anak SD Sudah Menstruasi, dr Boyke Ungkap Tiga Pemicunya, Orangtua Bersiap Ajarkan Edukasi Seksual!
Fenomena anak perempuan mengalami menstruasi di usia yang semakin muda kini menjadi perhatian serius para orangtua dan tenaga pendidik.
Jika dulu menstruasi pertama terjadi di usia 13–14 tahun saat duduk di bangku SMP, kini banyak anak SD yang sudah mengalaminya di usia 9–11 tahun.
Dokter spesialis kesehatan reproduksi, dr Boyke Dian Nugraha dalam video unggahannya di Instagram mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor utama yang menyebabkan anak-anak zaman sekarang mengalami pubertas lebih dini.
dr Boyke bahkan membenarkan, menstruasi di zaman sekarang ini terjadi cepat pada anak perempuan.
"Usia idela mentruasi sekarang ini makin muda ya, zaman saya dulu waktu SMP kelas 1/2, usia 13-14 tahun," katanya.
Menurut dr Boyke, peningkatan kualitas gizi menjadi pemicu utama percepatan menstruasi pada anak perempuan.
“Gizi kita sekarang jauh lebih baik. Anak-anak makan lebih teratur, asupan protein lebih tinggi, dan kondisi kemakmuran juga meningkat,” ujarnya.
Gizi yang baik mempercepat pertumbuhan fisik dan hormonal, termasuk pematangan sistem reproduksi.
Hal ini membuat anak perempuan mengalami menstruasi lebih cepat dibandingkan generasi sebelumnya.
Selain gizi, dr Boyke menyoroti pengaruh media yang semakin terbuka dan merangsang.
“Anak-anak sekarang sering melihat gambar laki-laki tanpa baju, model dengan pakaian minim, atau adegan romantis di film dan media sosial. Itu semua bisa merangsang otak mereka berkembang lebih cepat,” jelasnya.
Paparan konten sensual, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat memicu ketertarikan seksual dan mempercepat proses pubertas.
Bahkan interaksi antar lawan jenis yang ditampilkan dalam film remaja bisa memengaruhi psikologis anak.
dr Boyke juga menyoroti perubahan budaya yang kini lebih terbuka terhadap isu seksualitas.
“Kalau dulu tabu, sekarang anak bisa tanya langsung ke orangtua atau cari tahu sendiri. Tapi kalau tidak diberi pendidikan seks yang benar, mereka bisa salah arah,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa anak-anak yang sudah menstruasi secara biologis sudah matang, namun secara mental belum tentu siap.
Tanpa edukasi seksual yang tepat, mereka bisa terjebak dalam perilaku berisiko seperti seks bebas.
dr Boyke mengimbau para orangtua untuk aktif memberikan edukasi seksual sejak dini.
“Kalau anak tidak tahu, mereka seperti orang buta yang berjalan. Bisa jatuh dan terjerumus,” katanya.
Edukasi seksual bukan berarti mengajarkan seks, melainkan memberi pemahaman tentang tubuh, batasan, dan tanggung jawab.
Dengan penjelasan yang sesuai usia, anak akan lebih siap menghadapi perubahan tubuh dan lingkungan sosialnya. (Serambinews.com/Firdha)
Dr Zaidul Akbar Ungkap Khasiat Ketumbar: Bantu Atasi Kolesterol hingga Uban Bisa Hitam Lagi |
![]() |
---|
Jangan Remehkan Asap Rokok! Ini 4 Fakta Mengejutkan soal Rokok dan Serangan Jantung |
![]() |
---|
Tak Sekadar Penghangat Tubuh, Ini Manfaat Luar Biasa Jahe Merah untuk Kesehatan dan Kecantikan |
![]() |
---|
Rahasia Spirulina: Superfood Alami untuk Jantung, Kulit, hingga Metabolisme Tubuh |
![]() |
---|
Agar Omega-3 Lebih Efektif, Ini Daftar Makanan yang Wajib Dikonsumsi Bersamaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.