Haba Unimal

Dewan Guru Kimia Lhokseumawe Implementasi Metaschool Digelar Unimal

ejak akhir bulan Juli hingga pertengahan Agustus 2025, para dosen FKIP melakukan pengabdian kepada para guru yang tergabung dalam MGMP.

Penulis: Zaki Mubarak | Editor: IKL
IST
Dewan guru tergabung forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kimia Kota Lhokseumawe mengimplementasikan hasil pelatihan yang digelar para dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Malikussaleh, Kamis (28/8/2025). 

SERAMBINEWS.COM,ACEH UTARA - Dewan guru tergabung forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kimia Kota Lhokseumawe mengimplementasikan hasil pelatihan yang digelar para dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Malikussaleh, Kamis (28/8/2025).

Sejak akhir bulan Juli hingga pertengahan Agustus 2025, para dosen FKIP melakukan pengabdian kepada para guru yang tergabung dalam MGMP.

Mereka dikenalkan berupa Metaschool dengan media pembelajaran berbasis Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) ke dalam proses belajar mengajar di sekolah masing-masing.

Terlihat antusias para siswa sekolah SMA Negeri 1 Lhokseumawe, antusias mempraktikkan AR dan VR di dalam kelas. 

Ketua MGMP Kimia Kota Lhokseumawe, Azmir Djauhari mengatakan, penerapan teknologi memberikan suasana baru di kelas. Ia menuturkan bahwa siswa terlihat lebih bersemangat, aktif, dan berani ketika materi divisualisasikan melalui media digital. 

“Praktik pembelajaran, para guru memadukan materi kimia dengan media berbasis AR dan VR. Melalui Assembler Edu, siswa dapat melihat model tiga dimensi struktur atom, molekul, dan reaksi kimia secara langsung di layar gawai mereka,” terang Azmir.

Menurutnya, kehadiran AR dan VR menjadi solusi bagi guru untuk mengajarkan materi yang sulit sekaligus membangun motivasi belajar siswa.

“Konsep sebelumnya abstrak, menjadi lebih konkret dan mudah dipahami. Sedangkan dengan Millealab, siswa diajak masuk ke ruang laboratorium virtual, melakukan eksperimen sederhana,” jelasnya.

Pengalaman belajar yang dirasakan siswa sangat berbeda. Febri mengaku, merasa seperti masuk ke dunia baru saat menggunakan VR untuk percobaan kimia, katanya.

Ia menjelaskan, biasanya praktikum hanya bisa dilakukan jika ada laboratorium, tetapi dengan VR, semua siswa dapat merasakan pengalaman melakukan eksperimen secara langsung. 

“Pembelajaran dengan AR membuat lebih mudah mengingat bentuk molekul karena bisa melihat model 3D yang dapat diputar dari segala arah. Saya menilai pembelajaran terasa seperti bermain, tetapi sekaligus memahami materi lebih dalam,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua FKIP, Ucia Mahya Dewi mengaku, implementasi ini menunjukkan bahwa keberhasilan yang dilakukan dalam pelatihan tidak pada teori saja, melainkan benar-benar dipraktikkan oleh guru di sekolah. 

“AR sangat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi abstrak, sementara VR berperan dalam menghadirkan pengalaman belajar yang lebih imersif dan menyenangkan,” terangnya.

Melalui penerapan ini, sambung Ucia, pembelajaran kimia di sekolah semakin modern, kreatif, dan sesuai dengan kebutuhan abad ke-21. 

“Teknologi AR dan VR bukan hanya memperkaya metode mengajar guru, tetapi juga menghadirkan pengalaman belajar yang berkesan bagi siswa sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan minat mereka terhadap ilmu kimia,” tutupnya.

Adapun tim pengabdian FKIP, diketuai oleh Ucia Mahya Dewi, dengan anggota Arlin Maya Sari dan Nurul Afni Sinaga. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved