BRMP Aceh Dorong Adaptasi Teknologi Hadapi Ancaman Iklim dan Krisis Petani
Ia menyoroti ancaman perubahan iklim yang semakin nyata, menyempitnya lahan produktif, serta krisis regenerasi petani sebagai hambatan utama.
Penulis: Rianza Alfandi | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Langkah serius Presiden Prabowo dalam mewujudkan swasembada pangan nasional tak sekadar janji politik.
Visi tersebut tertuang jelas dalam Asta Cita kedua, yang menekankan penguatan sistem pertahanan negara sekaligus mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, serta pengembangan ekonomi syariah, digital, hijau, dan biru.
Namun, jalan menuju kemandirian pangan bukanlah jalan mulus.
Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK), Jumat 12 September 2025, berbagai tantangan nyata di sektor pertanian diungkap oleh para narasumber lintas instansi.
Salah satunya adalah Husaini Yusuf, S.P., M.Si., Ketua Tim Kerja Program, Evaluasi dan Penerapan Modernisasi Pertanian dari Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Aceh.
Ia menyoroti ancaman perubahan iklim yang semakin nyata, menyempitnya lahan produktif, serta krisis regenerasi petani sebagai hambatan utama.
“Kita sangat mengapresiasi cita-cita Pak Presiden. Tapi ancaman elnino-la nina, konversi lahan, dan minimnya generasi muda yang mau bertani adalah tantangan serius,” ujar Husaini.
Ia menjelaskan dampak langsung perubahan iklim: kekeringan ekstrem, pergeseran musim tanam, hingga munculnya hama dan penyakit baru yang mengganggu produksi dan kualitas pangan. Imbasnya, kelangkaan dan lonjakan harga tak terhindarkan.
Sebagai solusi, BRMP Aceh mendorong strategi adaptasi berbasis teknologi.
Di antaranya pelepasan varietas padi tahan kekeringan seperti Inpari untuk sawah, Inpago untuk lahan kering, dan Inpara untuk lahan rawa.
Diversifikasi komoditas dan penerapan pertanian ramah lingkungan juga menjadi kunci.
“Petani harus mampu beradaptasi dengan iklim global. Varietas dan komoditas harus disesuaikan agar budidaya tetap berjalan meski musim tak menentu,” tambahnya.
Diskusi tersebut juga menghadirkan perspektif lain:
Ir. Azanuddin Kurnia, S.P., M.P. dari Distanbun Aceh membahas tata kelola pupuk
Yuni Saputri, S.TP., MT dari Dinas Pangan Provinsi Aceh memaparkan kelayakan harga jual petani
Rivan Rinaldi, Direktur Rumoh Pangan Aceh, berbagi pengalaman sebagai praktisi pertanian
FGD ini menjadi ruang refleksi dan kolaborasi lintas sektor untuk menjawab tantangan swasembada pangan secara konkret dan kontekstual, khususnya di Aceh.(*)
Baca juga: Petani di Aceh Tengah Keluhkan Tingginya Harga Pupuk Bersubsidi
Swasembada Pangan
BEM Fakultas Pertanian USK
perubahan iklim
Berita Serambi hari ini
berita aceh terkini
Serambi Indonesia
Elnino
Peran Dayah dalam Pelestarian Budaya Aceh |
![]() |
---|
Delapan Mahasiswa UIN SUNA Lolos ke Final Ajang Internasional Qur’an Recitation Award USK 2025 |
![]() |
---|
Kabar Eko Patrio Usai Rumah Dijarah & Dinonaktifkan, Trauma dan Pilih Ngontrak di Pinggiran Jakarta |
![]() |
---|
Mudahkan PPPK Paruh Waktu Urus Surat Kesehatan, RSUD-TP Abdya Tetap Buka Layanan di Hari Libur |
![]() |
---|
Intip Kerajinan Songket dan Souvenir Aceh Besar, Kualitasnya Boleh Diadu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.