Breaking News

Opini

Pemadaman Listrik Aceh: Antara Krisis Energi dan Krisis Tata Kelola

Banyak warga yang melaporkan bagaimana kegiatan sehari-hari mereka lumpuh total. Usaha kecil seperti warung kopi modern yang mengandalkan mesin

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/HO
PEMADAMAN LISTRIK - Ilustrasi listrik padam. Warga Aceh Jaya mengeluhkan pemadaman listrik yang terjadi sejak sore hari karena mengganggu aktivitas beribadah, Senin (29/9/2025). 

Kedua, perlu ada percepatan investasi energi terbarukan di Aceh. Potensi air, matahari, dan biomassa yang dimiliki Aceh bukan hanya cadangan, melainkan solusi nyata yang harus segera diimplementasikan.
Ketiga, partisipasi masyarakat harus diperkuat. Energi terbarukan skala kecil yang dikelola komunitas bisa menjadi penopang ketika sistem utama mengalami gangguan. Dengan begitu, masyarakat tidak sepenuhnya bergantung pada satu jaringan besar yang rentan lumpuh.

Menjaga Harapan di Tengah Kegelapan

Pemadaman listrik di Aceh bukan peristiwa pertama, dan mungkin bukan yang terakhir jika tidak ada perubahan mendasar. Namun, masyarakat Aceh tidak boleh terus-menerus dibiarkan hidup dalam ketidakpastian energi. Pemerintah harus menjadikan krisis ini sebagai momentum perubahan, bukan sekadar menambal sulam masalah.

Gelapnya malam ketika listrik padam memang menyakitkan, tetapi bisa menjadi cahaya bagi lahirnya kesadaran baru. Kesadaran bahwa Aceh membutuhkan kedaulatan energi, bukan hanya untuk menghindari pemadaman listrik, tetapi juga untuk memastikan masa depan sosial, ekonomi, dan politik yang lebih berdaulat.
Pada akhirnya, listrik bukan hanya soal menyalakan lampu, melainkan tentang menyalakan harapan.

Aceh berhak mendapatkan energi yang stabil, berkelanjutan, dan adil. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Jika bukan oleh pemimpin Aceh sendiri, siapa lagi?

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved