Pencurian Ban Sepmor

Korban Pencurian Roda Sepeda Motor Merupakan Warga Miskin, Ini Pendapat Dinsos Aceh Singkil

Dedek (34) yang roda ban belakang sepeda motornya dimaling, merupakan warga miskin di Aceh Singkil

|
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI
Plt Kepala Dinas Sosial Aceh Singkil, Suyatno. 

Pria bertubuh kurus itu, mengenakan kaus oblong merah dan celana kain panjang krem. Pakaian itu menjadi seragamnya untuk bekerja sebagai buruh bongkar muat pelabuhan feri di Pulo Sarok, Singkil. 

Suami dari Habibah itu, sedang minum kopi setelah selesai sarapan yang disediakan sang istri. 

Setelahnya harus bergegas berangkat ke pelabuhan feri sebab ada kapal yang akan sandar. 

Harapannya ada penumpang yang meminta tolong pikulkan barang bawaannya.

 Jika bisa membantu membawakan satu koper penumpang maka mendapat upah Rp 5 ribu. 

Dedek bergegas bersiap sebab harus mencari tumpangan untuk menuju pelabuhan feri. 

Belum ada uang beli ban

Maklum belum mampu membeli ban sepeda motor yang hilang dicuri. 

Jangankan membeli ban, memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih kesulitan. Mengingat penghasilnya dari bongkar muat di kapal tak menentu. 

"Belum ada uang, makanya belum terbeli," kata Dedek.

Baca juga: Maling Gondol Tiang Listrik di Simpang Pemakaman Umum di Aceh Singkil

Dedek harus mencari tumpangan sebab jarak dari tempat tinggalnya ke pelabuhan mencapai 30 kilometer. 

Sebagai tulang punggung keluarga dirinya wajib mencari duit agar keluarganya bisa makan.

Sedikit beruntung, Selasa pagi itu abang iparnya sama-sama akan kerja bongkar muat ke pelabuhan feri Pulo Sarok. Sehingga ayah dari  Syukran dan Mawadatul Zakira itu bisa menumpang. 

Bukan hanya Dedek yang kesulitan berangkat kerja akibat ban sepeda motor satu-satunya raib digondol maling. Dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar harus mencari belas kasih saudara atau tetangga agar bisa numpang berangkat sekolah

"Cepat nak, nanti ketinggalan tidak ada lagi yang bisa ditumpangi," kata Dedek memberi tahu putrinya Mawadatul Zakira yang masih kelas 2 sekolah dasar. 

Pria jangkung itu tinggal di rumah kayu yang mulai lapok termakan usia. Di rumah sederhana itu, ia tinggal bersama sang istri dua anaknya serta ibu mertuanya. 

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved