LGBTQ di Banda Aceh

Praktik Gay Dominasi Penularan, Ini Data Terbaru Tren Peningkatan HIV/AIDS di Aceh

Hampir separuh dari seluruh kasus HIV/AIDS di Aceh berasal dari transmisi seksual sesama jenis laki-laki. Pada periode Januari-Agustus 2025 saja...

Penulis: Sara Masroni | Editor: Eddy Fitriadi
IST
IMAN MURAHMAN - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh, dr Iman Murahman MKM SpKKLP. Praktik Gay Dominasi Penularan, Ini Data Terbaru Tren Peningkatan HIV/AIDS di Aceh. 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Sara Masroni | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat, terhitung sejak Januari-Agustus 2025 ditemukan 233 kasus HIV/AIDS dengan rincian 224 HIV dan 9 AIDS, sehingga total kumulatif sejak 2004 mencapai 2.015 kasus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Aceh, dr Iman Murahman MKM SpKKLP menyebutkan, tren tahunan dari 527 kasus baru HIV/AIDS pada 2021 menjadi 1.472 kasus pada 2024. Peningkatan itu dapat dibandingkan, kasus dari 2021 ke  2022 naik 51 persen, kemudian 38 persen di 2023, dan 34 persen di 2024.

“Tren tahunan menunjukkan peningkatan yang signifikan,” ungkap dr Iman saat dikonfirmasi Serambi Indonesia, Kamis (9/10/2025).

Ia menyebutkan, dari total kumulatif 2.015 kasus sejak 2004-Agustus 2025, sebanyak 1.953 di antaranya adalah HIV dan 62 adalah AIDS. Secara proporsi berdasarkan jenis kelamin, didominasi oleh laki-laki sebanyak 81 persen atau 1.633 kasus.

Dominasi kasus pada kelompok laki-laki ini juga konsisten terlihat pada data periode Januari-Agustus 2025, dimana 189 kasus (81 persen) di antaranya adalah laki-laki, sementara perempuan menyumbang 44 kasus (19 % ). “Proporsi laki-laki mendominasi secara konsisten dengan rasio 4:1 menunjukkan pola penularan yang perlu diperhatikan, khususnya pada populasi laki-laki,” jelas dr Iman. 

Analisis lebih lanjut, mengenai proporsi transmisi mengungkap fakta bahwa Laki-laki Seks dengan Laki-laki (LSL) atau praktik Gay, masih menjadi populasi kunci dengan kontribusi tertinggi. Secara kumulatif, kelompok LSL menyumbang 1.018 kasus atau 50,5 persen dari total kasus. 

Hampir separuh dari seluruh kasus HIV/AIDS di Aceh berasal dari transmisi seksual sesama jenis laki-laki. Pada periode Januari-Agustus 2025 saja, 96 kasus atau 41,2?rasal dari populasi LSL. ”LSL masih menjadi populasi kunci dengan prevalensi tertinggi, menyumbang hampir separuh dari seluruh kasus HIV/AIDS di Aceh. Ini menunjukkan transmisi seksual sesama jenis laki-laki adalah jalur penularan dominan,” papar dr Iman.

Menghadapi tantangan ini, Dinkes Aceh telah mengimplementasikan berbagai program pencegahan dan deteksi dini. Saat ini, tersebar 113 Layanan Pencegahan dan Deteksi Dini (PDP) yang terdiri dari 66 Puskesmas, 44 Rumah Sakit, dan 3 Klinik. Pihaknya juga gencar melaksanakan Program STOP (Suluh, Temukan, Obati, Pertahankan), termasuk penyuluhan dan skrining pada remaja serta mahasiswa. Sejak Januari-Agustus 2025, sebanyak 73.770 orang telah dites HIV, dengan cakupan terbesar pada ibu hamil.

Di sisi pengobatan, capaian inisiasi terapi Antiretroviral (ARV) terbilang sangat baik, yaitu 92,3?ri kasus baru langsung mendapat pengobatan. Ini adalah modal besar menuju target Ending AIDS 2030, di mana 95 % Orang Dengan HIV (ODHIV) harus mendapatkan ARV. Saat ini, dari 2.015 ODHIV yang mengetahui statusnya, 1.299 sudah mendapat pengobatan dan 766 di antaranya telah mencapai supresi virus. Pemeriksaan viral load juga dilakukan, dengan 87?ri 299 ODHIV yang dites menunjukkan virus telah tersupresi.

Strategi khusus dan inovatif diterapkan untuk menjangkau populasi kunci, terutama LSL, dengan mengatasi tantangan stigma. Dinkes berkolaborasi dengan 7 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Peduli AIDS, seperti Medan Plus dan Putroe Sejati Aceh, untuk melakukan pendekatan yang lebih efektif.

Dinkes Aceh juga menyediakan layanan yang ramah dan rahasia dengan konselor terlatih, melakukan outreach dan mobile testing, serta memanfaatkan pendekatan peer education atau pendamping sebaya dari dalam komunitas LSL.

Baca juga: Mengungkap Realitas LGBTQ di Banda Aceh, Pernikahan yang Terkoyak Homoseksual

Kolaborasi lintas sektor dan program juga diperkuat, mulai dari integrasi dengan program TB, pencegahan penularan ibu ke anak (PPIA), hingga skrining bagi calon pengantin dan warga binaan pemasyarakatan.

Dalam upaya mencapai Ending AIDS 2030, dr Iman menekankan pentingnya komitmen bersama dan pengurangan stigma di masyarakat. Pihaknya terus menggalakkan kampanye '95-95-95-95-95' dan promosi 'Zero Discrimination'. Tes HIV gratis tersedia di 113 titik layanan. Dengan kerja sama semua pihak, termasuk pemberdayaan ODHIV melalui support group agar dapat mengendalikan laju penularan HIV di Aceh.

“141 nakes (tenaga kesehatan) terlatih untuk pendekatan tanpa stigma, kemudian LSM aktif sebagai perpanjangan tangan Dinkes melakukan penjangkauan komunitas yang sulit dijangkau pemerintah. Standar layanan ramah untuk semua populasi,” pungkasnya.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved