Potret Thalassemia di Aceh
Stok Darah Untuk Penderita Thalasemia jadi Tantangan
Di Aceh adalah keterbatasan stok darah. Ketersediaan darah yang sesuai untuk pasien thalasemia masih sangat kurang.
TANTANGAN terbesar dalam penanganan thalassemia di Aceh adalah keterbatasan stok darah. Ketersediaan darah yang sesuai untuk pasien thalasemia masih sangat kurang.
“Karena kalau pasien thalasemia ini khusus. Dia harus darah segar, kurang dari 10 hari. Kalau lebih dari itu, nggak bisa dipakai untuk pasien thalassemia,” ungkap Kepala Instalasi Sentral Thalasemia RSUDZA, dr Heru Noviat Herdata.
Selain itu, skrining darah yang ketat juga diperlukan, terutama karena kasus HIV di Aceh tergolong tinggi. Pasien thalassemia harus menjalani transfusi tepat waktu, karena kadar hemoglobin (Hb) mereka tidak boleh turun di bawah angka sembilan. Jika Hb terlalu rendah, tumbuh kembang mereka akan terganggu.
Heru menekankan pentingnya edukasi publik tentang donor darah. Semakin banyak pendonor, semakin besar peluang anak-anak thalassemia mendapatkan darah segar yang mereka butuhkan. “Donor darah itu bukan sekadar amal, tapi penyambung hidup bagi mereka,” pungkasnya.
Karenanya, ia meminta agar semua pihak agar menyatakan komitmen untuk zero thalassemia. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan skrining awal. Peran pemerintah dan departemen agama juga sangat diperlukan. Semua pihak harus waspada, agar seluruh anak di Aceh tidak menderita thalassemia.
“Jangan ditambah lagi kita dengan kasus thalassemia yang baru. Cukup dengan yang ada saat ini saja. Supaya dapat lebih maksimal merawat mereka,” pungkasnya.
Kebutuhan Darah
Founder Yayasan Darah untuk Aceh (YADUA), Nurjannah Husien mengungkapkan, berdasarkan database YDUA, untuk saat ini kebutuhan darah bagi penyintas thalassemia di Aceh mencapai 50 kantong per hari. Untuk mencukupi kebutuhan ini, pihaknya sangat bergantung kepada para pendonor, terutama yang ada di PMI Kota Banda Aceh.
“Kalau dulu kan itu ada donor darah ASN ya. Jadi itu dulu juga sangat terbantu. Kalau dekarang masih ada juga dinas yang melakukan donor, tapi tidak seperti dulu, kalau dulu kan semua dinas bergiliran,” ujarnya.
Ia mengaku, meski dukungan publik menurun, namun buah dari kampanye relawan YADUA membawa hasil yang cukup membantu untuk mencukupi kebutuhan darah bagi penyinyas thalassemia. “Jadi sebenarnya kalau kita bilang ini darah untuk thalassemia, mereka akan ke PMI sesegera langsung,” ucap Nurjannah.(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.