Berita Aceh Singkil

Ekspedisi Sungai Singkil, Menelusuri Peradaban Tempo Dulu dari Titik Pulau Sengketa

Khusus sungai Singkil, yang tersambung ke sungai Lae Cinendang, Lae Soraya dan sungai Alas memiliki peran penting dalam membangun kejayaan peradaban

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS.COM/ DEDE ROSADI
NAIK KAPAL TRADISIONAL: Tim ekspedisi sungai Singkil, naik kapal tradisional dari dermaga danau Anak Laut, untuk memulai perjalan, Rabu (12/11/2025). 

Khusus sungai Singkil, yang tersambung ke sungai Lae Cinendang, Lae Soraya dan sungai Alas memiliki peran penting dalam membangun kejayaan peradaban. Baik sebagai jalur rempah dunia.

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Dede Rosadi I Aceh Singkil

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Aceh bersama komunitas Chinquelle, Destanada II dan komunitas pecinta sejarah dan budaya Aceh Singkil, melakukan ekspedisi sungai Singkil. 

Sungai diketahui merupakan jalur transportasi utama masyarakat tempo dulu.

Khusus sungai Singkil, yang tersambung ke sungai Lae Cinendang, Lae Soraya dan sungai Alas memiliki peran penting dalam membangun kejayaan peradaban. 

Baik sebagai jalur rempah dunia.

Termasuk komoditas utama kapur barus yang diburu bangsa Firaun untuk awetkan mumi.

Rempah tersebut dari pedalaman Singkil, dibawa melalui sungai untuk dijual ke kapal-kapal dari berbagai belahan dunia yang sandar di pelabuhan Singkil Lama, kota yang kini hilang akibat fenomena alam.

Memasuki era modern tahun 70-an sampai 80-an sungai Singkil, posisinya tetap penting sebagai jalur mengangkut kayu log untuk dibawah ke pelabuhan Pulo Sarok, sebelum diekspor ke berbagai negara. 

Bukan hanya soal perdagangan sungai Singkil, memiliki peran penting dalam kebudayaan serta penyebaran agama Islam di Nusantara dan tanah Melayu. 

Dari peradaban sungai Singkil, muncul dua tokoh ulama yaitu Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh Abdurrauf As Singkily.

Untuk budaya peradaban sungai Singkil, melahirkan gegunungan sebagai moda transportasi khusus para raja mengarungi sungai. 

Ada lampung, sebagai dermaga apung di pinggir sungai tempat beristirahat, makan, mengisi bahan bakar dan pasar. 

Baca juga: Suryati, Anak Pinggir Sungai Singkil Raih Gelar Doktor UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Sedangkan kuliner yang lahir dari peradaban sungai Singkil, antara lain lompong sagu, lele kering (itu kekhah),  anyang berbahan baku simboling (batang rotan muda) dan aneka kuliner lainnya. 

Era modern orang batang lae (pinggir sungai) mengenal bokom, yaitu mi instan yang dimasak dengan direndam air panas.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved