Berita Banda Aceh

Tito Terharu Terima Gelar, Petua Panglima Hukom Nanggroe

“Saya jujur tidak menyangka, tidak berharap, dan juga tidak meminta. Saya bahkan sempat bertanya, ‘Yang Mulia, apakah saya layak menerima itu’

|
Editor: mufti
COVER KORAN SERAMBI INDONESIA
HEADLINE KORAN SERAMBI NIDONESIA EDISI KAMIS 20251113 
Ringkasan Berita:
  • Wali Nanggroe Aceh menganugerahi gelar kehormatan “Petua Panglima Hukom Nanggroe” kepada Mendagri Tito Karnavian.
  • Anugerah ini diberikan sebagai bentuk penghargaan yang setinggi-tingginya atas jasa, dedikasi, dan pengabdian dalam menjaga keamanan nasional, memperkuat perdamaian Aceh, menegakkan nilai keadilan dan kebangsaan di bawah naungan Negara Kesatuan RI
  • Tito Karnavian menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Wali Nanggroe Aceh atas gelar adat yang disematkan kepada dirinya

“Saya jujur tidak menyangka, tidak berharap, dan juga tidak meminta. Saya bahkan sempat bertanya, ‘Yang Mulia, apakah saya layak menerima itu’. TITO KARNAVIAN, Menteri Dalam Negeri

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al-Haythar, menganugerahi gelar kehormatan “Petua Panglima Hukom Nanggroe” kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Pemberian gelar kehormatan ini berlangsung di Pendopo Wali Nanggroe, Lamblang Manyang, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, Rabu (12/11/2025).

Pada momen ini Tito bersama Wali Nanggroe Aceh sama-sama memakai pakaian adat Aceh, yang disertai dengan Kopiah Meukutop. Kehadiran Wali Nanggroe dan Mendagri disambut dengan iringan musik tabuhan rebana dan serune kale, serta tarian Ranup Lampuan. 

Dalam kesempatan tersebut juga tampak Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah, Sekda Aceh M. Nasir, Ketua DPRA Zulfadhli, Kapolda Aceh Irjen Marzuki Ali Basyah, serta unsur Forkopimda lainnya. 

Prosesi penganugerahan gelar adat ini disertai dengan pemasangkan pin dan selempang kehormatan oleh Malik Mahmud kepada Mendagri Tito Karnavian. Tak hanya itu, usai pemasangan pin dan selempang, Tito juga dipeusijuk (tepung tawar) langsung oleh Wali Nanggroe.

Dalam pidatonya, Malik Mahmud menjelaskan, bahwa anugerah ini diberikan sebagai bentuk penghargaan yang setinggi-tingginya atas jasa, dedikasi, dan pengabdian Tito Karnavian dalam menjaga keamanan nasional, memperkuat perdamaian di Aceh, serta menegakkan nilai-nilai keadilan dan kebangsaan, di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Malik Mahmud mengungkap, selama masa kepemimpinan sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tito juga telah menunjukkan keteladanan, kebijaksanaan, dan komitmen kuat, dalam menegakkan hukum dan menjaga persaudaraan antar anak bangsa. 

“Beliau juga turut berperan dalam menjaga keutuhan perdamaian Aceh, serta memastikan bahwa semangat MoU Helsinki terus hidup dan menjadi dasar bagi pembangunan yang adil dan damai di bumi Aceh,” jelasnya.

Wali Nanggroe juga menjelaskan, Gelar Petua Panglima Hukom Nanggroe ini bermakna sebagai penasehat agung dalam bidang hukum dan keadilan bagi negeri. “Sebuah simbol penghormatan bagi pribadi yang memiliki integritas, kearifan, serta pengabdian bagi keadilan dan kemanusiaan,” ujarnya. 

Dengan penganugerahan ini, Malik Mahmud mengatakan, rakyat Aceh menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam atas jasa dan pengabdian beliau bagi bangsa dan bagi Aceh secara khusus.

“Semoga anugerah ini menjadi lambang persaudaraan, kehormatan, dan komitmen bersama, untuk terus menjaga perdamaian dan persatuan di bawah ridha Allah SWT,” pungkasnya.

Suprise yang enggak main-main

Tito Karnavian menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Wali Nanggroe Aceh atas gelar adat yang disematkan kepada dirinya. Ia menekankan bahwa penghargaan ini menjadi kejutan dan sangat berarti. “Bagi saya ini surprise yang engak main-main,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Mantan Kapolri ini juga mengaku akan komitmen untuk terus memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan di Tanah Rencong.

“Saya atas nama pribadi, keluarga, dan institusi Kemendagri, saya menyampaikan apresiasi yang tinggu kepada Lembaga Wali Nanggroe, wabilkhusus kepada Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe, atas kepercayaan ini. Saya berkomitmen untuk terus memberikan atensi bagi pembangunan Aceh, termasuk juga memperkuat Lembaga Wali Nanggroe,” kata Tito.

Ia mengungkap bahwa dirinya sangat sering bertemu dan berdiskusi banyak hal bersama Malik Mahmud, baik di kantor maupun di kediamannya di Jakarta. “Kami berdiskusi secara terbuka tentang situasi politik, keamanan, dan pembangunan di Aceh, karena beliau sangat antensi besar terhadap Aceh,” katanya.

Tito tidak menyangka kedekatannya dengan Wali Nanggroe ini membuat dirinya dianugerahi gelar adat Aceh sebagai Petua Panglima Hukom Nanggroe. “Saya jujur tidak menyangka, tidak berharap, dan juga tidak meminta. Saya bahkan sempat bertanya, ‘Yang Mulia, saya apakah layak menerima itu’,” tuturnya. 

“Ini adalah penghargaan yang sangat luar biasa besar bagi saya, apalagi yang memberikannya adalah langsung Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe, Tengku Malik Mahmud Al-Haythar, sosok yang sangat dikenal, baik di Indonesia maupun internasional,” lanjutnya. 

Lebih jauh, Tito menganggap gelar adat yang disematkan pada dirinya ini merupakan sebuah kejutan yang tidak bisa dianggap remeh. Pasalnya, lembaga Wali Nanggroe ini merupakan lembaga kredibel dan memiliki legitimasi sosial di mata masyarakat Aceh.

“Dan juga memiliki legitimasi yuridis, karena ada dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh yang mengakui keberadaan lembaga Wali Nanggroe,” ungkapnya. 

Tito menambahkan, pemberian gelar kehormatan ini membuktikan bahwa adat dan budaya menjadi jembatan yang kuat dalam hubungan pemerintah. “Kita tidak ingin adat dan budaya dianggap menjadi penghambat pembangunan, tapi justru menjadi pendorong dan bisa menjadi jembatan agar masyarakat dapat menerima program-program pemerintah,” pungkasnya.(ra)

Alasan Wali Nanggroe Beri Gelar Kehormatan

  • Penghargaan atas jasa dan dedikasi dalam menjaga keamanan nasional dan memperkuat perdamaian di Aceh.
  • Keteladanan dan kebijaksanaan selama menjabat sebagai Kapolri, dengan komitmen kuat menegakkan hukum dan menjaga persaudaraan antar anak bangsa.
  • Peran penting dalam menjaga perdamaian Aceh, memastikan semangat MoU Helsinki tetap hidup sebagai dasar pembangunan yang adil dan damai.
  • Integritas dan kearifan pribadi, dianggap layak menjadi penasehat agung dalam bidang hukum dan keadilan bagi negeri.
  • Simbol penghormatan rakyat Aceh, sebagai bentuk rasa hormat dan terima kasih atas pengabdian Tito bagi bangsa dan Aceh khususnya.(*)
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved