Berita Aceh Barat

Dinas Perpustakaan Aceh Barat Bedah Buku Sejarah Perlawanan dan Adat Pernikahan Aceh

Kegiatan yang berlangsung di Perpustakaan Daerah itu mengangkat tema “Menumbuhkan Daya Pikir Kritis dan Kreatif melalui Kegiatan Bedah Buku,”

Penulis: Sadul Bahri | Editor: Mursal Ismail
Serambinews.com/HO
BEDAH BUKU - Para peserta mengikuti bedah buku pahlawan dan Seulangke yang berlangsung di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Barat, Kamis (20/11/2025). 

Kegiatan yang berlangsung di Perpustakaan Daerah itu mengangkat tema “Menumbuhkan Daya Pikir Kritis dan Kreatif melalui Kegiatan Bedah Buku,” serta diikuti akademisi, pemerhati budaya, dan pemustaka.

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Sa’dul Bahri | Aceh Barat

SERAMBINEWS.COM, MEULABOH - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Aceh Barat bedah buku selama dua hari, 18–19 November 2025, dengan menghadirkan dua karya Dr. HT Ahmad Dadek, SH, MH berjudul Rundeng dan Seulangke. 

Kegiatan yang berlangsung di Perpustakaan Daerah itu mengangkat tema “Menumbuhkan Daya Pikir Kritis dan Kreatif melalui Kegiatan Bedah Buku,” serta diikuti akademisi, pemerhati budaya, dan pemustaka.

Ketua Panitia Pelaksana Bedah Buku Pahlawan Seulangke, Nurlisan, SPdI, kepada Serambinews.com, Kamis (20/11/2025) mengatakan, bahwa pada hari pertama, sesi pembahasan difokuskan pada buku Rundeng. Narasumber Prof Dr H Syamsuar, MAg dan Nazaruddin, SAg., SS., M.LIS., Ph.D mengulas bagaimana karya tersebut mempertegas kembali kisah perlawanan Teungku Dirundeng terhadap penjajah Belanda.

Isi buku dinilai memiliki kontribusi penting dalam memperkaya literatur sejarah Aceh, terutama mengenai tokoh-tokoh perlawanan lokal yang selama ini kurang tercatat dalam catatan sejarah arus utama.

Dikatakannya, bahwa narasumber menyoroti keteguhan Teungku Dirundeng, strategi perjuangannya, serta pengaruhnya terhadap gerakan masyarakat Aceh pada masa kolonial.

Mereka menekankan penguatan literasi sejarah seperti ini diperlukan untuk menjaga kesinambungan pemahaman generasi muda terhadap akar perjuangan daerah.

Baca juga: 4 Pak Ogah yang Viral Keroyok Driver Ojol di Deli Serdang Ditangkap, 1 Pelaku Sempat Kabur ke Aceh

Hari kedua berlanjut dengan diskusi mengenai buku Seulangke, yang memaparkan secara rinci tahapan adat pernikahan Aceh mulai dari persiapan hingga prosesi walimah.

Narasumber memandang buku ini sebagai referensi komprehensif yang mampu menjelaskan kembali makna dan fungsi setiap ritual adat, di tengah perubahan sosial yang membuat sebagian tradisi mulai jarang dipraktikkan secara utuh.

Pembahasan menekankan pentingnya menjaga konsistensi pelaksanaan adat pernikahan sebagai bagian dari identitas budaya Aceh.

Karya tersebut dinilai dapat menjadi pegangan bagi masyarakat yang ingin memahami akar budaya perkawinan tanpa kehilangan unsur aspek tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.

Dikatakannya, bahwa melalui kegiatan bedah buku ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Aceh Barat menegaskan komitmennya dalam memperkuat literasi budaya dan historis masyarakat.

Diskusi dua hari tersebut tidak hanya membuka ruang pemahaman baru terhadap sejarah perlawanan dan adat istiadat, tetapi juga mendorong peserta untuk berpikir kritis serta lebih menghargai literatur Aceh sebagai sumber pengetahuan yang otentik. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved