Info Subulussalam

Karya Syekh Hamzah Fansuri Dikaji di Keraton Kacirebonan

Karya Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh Abdurrauf As Singkili, dikaji di Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HO
Kajian Karya Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh Abdurrauf As Singkili: Karya Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh Abdurrauf As Singkili dikaji dalam helatan tahunan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) tahun 2025 yang digelar di Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon, Jawa Barat, 20-22 November 2025. 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Dede Rosadi I Subulussalam 

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Karya Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh Abdurrauf As Singkili, dikaji di Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon, Jawa Barat. 

Diketahui Syekh Hamzah Fansuri makamnya berada di Kampong Oboh, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam. 

Sedang Syekh Abdurrauf As Singkili, merupakan ulama kelahiran Aceh Singkil.

Kajian terhadap karya dua ulama tersebut, menjadi kebanggan bagi warga Subulussalam.

Kajian karya-karya Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh Abdurrauf As Singkili, itu dilakukan dalam helatan tahunan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) tahun 2025 yang digelar di Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon, Jawa Barat, 20-22 November 2025.

Kegiatan yang dilaksanakan sejak tahun 2012 ini konsisten dalam kajian sejarah dan budaya Nusantara dengan mengutamakan penulis dan peneliti sebagai peserta pilihan. 

Baca juga: Makam Syekh Hamzah Fansuri di Kota Subulussalam Titik Akhir Ekspedisi Sungai Singkil-Soraya 

Tema BWCF tahun 2025 ini adalah Estetika Nisan-Nisan Islam Nusantara dan Dunia Ketuhanan Tarekat Syattariyah Cirebon. 

Secara khusus, acara ini mengkaji para sufi Nusantara beserta karya-karyanya, termasuk Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh Abdurrauf As Singkili.

Narasumber dari Kementerian Agama RI, Dr Mahrus Al Mawa, menyebutkan kitab agama dan tasawuf yang paling banyak ditemukan salinannya di berbagai daerah adalah karya-karya Syekh Abdurrauf As Singkili.

Artinya, karya-karya Syekh Abdurrauf paling luas penyebarannya dibandingkan karya-karya ulama lain di Nusantara. 

"Hal itu menunjukkan tingginya minat para ulama Nusantara terhadap karya-karya Syekh Abdurrauf As Singkili," ungkapnya. 

Di Jawa, kitab-kitab salinan karya Syekh Abdurrauf juga paling banyak ditemukan terutama di Cirebon.

Baca juga: Kisah Tanah Kejujuran di Jejak Syekh Hamzah Fansuri

Prof Dr Peter Carey, peneliti sejarawan dari Skotlandia yang fokus meneliti Diponegoro mengatakan bahwa Pangeran Diponegoro adalah salah satu pengamal tarekat syattariyah. 

Sangat dimungkinkan beberapa referensinya bersumber dari Syekh Abdurrauf As Singkili. 

Tak disangkal bahwa pengaruh ajaran Syekh Abdurrauf meluas ke seluruh Nusantara termasuk di Jawa dan menjadi inspirasi semangat perjuangan melawan penjajah Belanda.

Dr Ginanjar Syaban, filolog Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, menjelaskan tarekat syattariyah merupakan zaman kemegahan intelektual tasawuf di Nusantara yang bersumber dari Ibnu Arabi. 

Di Aceh dibahasa lokalkan menjadi Kitab Tuhfah Melayu, kemudian menyebar ke seluruh Nusantara dengan salinan berbahasa daerah masing-masing. 

Kitab ini mengarah pada ajaran martabat tujuh yang menjadi pegangan para pejuang Islam melawan penjajah Belanda, termasuk Pangeran Diponegoro di Jawa.

Dr Ginanjar mengatakan bahwa Aceh memiliki peran sentral dalam jaringan ulama Nusantara. 

"Ulama Nusantara abad 16-17 M yang paling masyhur di tanah Arab berasal dari Aceh yakni Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh Abdurrauf As Singkili," ujarnya.

Baca juga: Soal Pengibaran Bendera Bulan Bintang, Gubernur Aceh Mualem: Untuk Aneuk Muda Sigoe-goe Hana Pu

Bahkan ketika terjadi perdebatan teologi di Aceh (antara Syekh Hamzah dan Syekh Ar-Ranniri), sebuah buku digubah oleh ulama Madinah bernama Ibrahim Al-Kurani, khusus untuk meredakan perdebatan tersebut.

Ini menunjukkan betapa sentralnya peran Aceh dalam perkembangan Islam di Nusantara terutama abad 16 hingga 17 Masehi.

Aceh memang serambi atau gerbang Islam Nusantara, adapun daerah yang menjadi asal dua ulama masyhur saat itu adalah Singkil, bagian dari Kasultanan Aceh. 

Aceh-Singkil-Jawa, ketiganya tak terpisahkan dalam sejarah Islam Nusantara dan semangat perjuangan melawan kolonialisme Belanda, bersendikan ajaran tarekat syattariyah.

Inilah pokok kajian BWCF hari terakhir di Cirebon tahun 2025.(*)

Baca juga: Syair-Syair Hamzah Fansuri Diakui UNESCO sebagai Memory of The Word, Diusul Indonesia dan Malaysia

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved