Aceh Tamiang
Bergelut dengan Lumpur, Warga Bertaruh Nyawa Keluarkan Hasil Panen Perkebunan
Empat kampung di Kecamatan Sekerak, Aceh Tamiang terancam terisolir akibat infrastruktur jalan yang sangat buruk. Warga di daerah itu...
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Eddy Fitriadi
Ringkasan Berita:
- Empat kampung di Kecamatan Sekerak, Aceh Tamiang terancam terisolir akibat kondisi jalan berlumpur parah sepanjang 16 kilometer.
- Warga kerap bertaruh nyawa saat mengangkut hasil panen, bahkan akses kesehatan dan pendidikan turut lumpuh.
- DPRK Aceh Tamiang meninjau langsung lokasi dan menilai kerusakan sangat memprihatinkan, sementara usulan perbaikan belum terealisasi.
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Empat kampung di Kecamatan Sekerak, Aceh Tamiang terancam terisolir akibat infrastruktur jalan yang sangat buruk.
Warga di daerah itu harus bertaruh nyawa setiap kali mengeluarkan hasil panen perkebunan akibat kondisi jalan berlumpur di musim hujan.
“Kalau kereta (sepeda motor) jatuh tidak usah ditanya lagi, sudah sehari-hari begitu, lihat saja jalannya lumpur setinggi pinggang,” kata Datok Penghulu Kampung Sukamakmur, Miat Juliansyah, Senin (24/11/2025).
Kondisi ini bukan hanya terjadi di Sukamakmur, tapi juga persis dialami tiga kampung tetangganya, yakni Pematangdurian, Sekumur dan Sulum. Kampung ini berdiri sejajar sehingga membentuk lintasan jalan sepanjang kurang lebih 16 kilometer.
“Sepanjang jalan itu kondisinya buruk sekali, belum pernah diaspal. Hanya ada beberapa titik yang pernah pengerasan,” ungkapnya.
Di setiap musim hujan, warga praktis terkurung di rumah karena tidak bisa leluasa melakukan aktivitas. Ruang gerak mereka terbatas akibat beberapa titik jalan tidak bisa dilalui karena sudah membentuk lubang berlumpur.
Miat mengatakan seorang warganya yang hendak melahirkan pernah meninggal akibat terlambat penanganan. Di kampung mereka hanya terdapat Poskesdes, sementara penanganan persalinan harus dilakukan di Puskesmas yang terletak di Sekerak.
“Kondisi jalan ketika seperti ini, berlumpur. Satu-satunya cara pakai perahu, tapi sudah keburu meninggal sebelum sempat dibawa ke Puskesmas,” kata Miat.
Miat sendiri pernah menjadi korban keganasan jalan lintas antar-kampung itu. Truk angkutan kelapa sawit yang dikemudikannya hilang kendali hingga terlempat ke jurang.
“Ini buktinya, saya terjepit di truk pas masuk jurang,” kata Miat sembari menunjukkan bekas luka yang cukup lebar di perutnya.
Baca juga: Warga Aceh Tamiang Patungan Kumpulkan Dana untuk Rehab Musalla, Rumah Janda dan Modal UMKM
Miat menyampaikan keluhannya ini langsung kepada tiga anggota DPRK Aceh Tamiang yang datang meninjau kerusakan jalan di empat kampung itu.
“Awalnya kami mendapat informasi dari media sosial, kami sepakat turun ke sini untuk melihat langsung, ternyata kondisinya memang sangat parah,” kata Wakil Ketua DPRK Aceh Tamiang, Syaiful Bahri.
Syaiful menggambarkan beratnya akses jalan itu membuat kendaraan mereka harus beberapa kali terhenti akibat diadang kubangan lumpur yang sangat parah. Dia membayangkan kondisi dialami oleh warga yang sakit atau anak sekolah yang dipaksa libur oleh kondisi alam.
“Ada beberapa sekolah yang kami lewati, sepertinya tidak ada aktivitas karena akses ke sekolah mereka tidak bisa dilewati,” kata Syaiful didampingi dua koleganya, Muhammad Ishak dan Juanda.
Camat Sekerak, Septian Putra Jatami yang mendampingi peninjauan ini mengatakan ada enam kampung yang akses jalannya sangat memprihatinkan. Selama ini pihak kecamatan selalu mengusulkan peningkatan infrastruktur melalui Musrenbang, namun sejauh ini belum terealisasi.
“Setiap Musrenbang kami usulkan, karena jalan ini memang menjadi andalan masyarakat untuk mengangkut perkebunan dan juga menopang pendidikan,” kata Septian.
Datok Penghulu Sekumur, Sofyan Iskandar menambahkan saat ini masyarakat mereka dihantui kerugian besar karena hasil perkebunan tidak bisa diangkut. Selain kelapa sawit, di daerah ini terdapat perkebunan jambu, karet yang seluruhnya sedang berproduksi.
“Biasanya kalau sudah begini buah yang sudah siap panen, warga kami tidak berani mengeluarkannya karena ancamannya nyawa,” kata dia yang dibenarkan dua datok lainnya, Rizwan selaku Pj Datok Penghulu Pematangdurian dan Datok Penghulu Kampung Sulum, Alimat Pante.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Warga-harus-bergelut-dengan-lumpur-di-musim-hujan-Aceh-Tamiang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.