Banda Aceh
Fadli Zon Dorong Industri Budaya, Sebut Peradaban Aceh Lebih Maju dari Kerajaan-Kesultanan Lain
Menteri Kebudayaan RI, Dr Fadli Zon MSc menyoroti peran sentral Aceh dalam peradaban nusantara. Ia juga secara tegas...
Penulis: Sara Masroni | Editor: Eddy Fitriadi
Ringkasan Berita:
- Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menegaskan Aceh memiliki peradaban maju, terlihat dari kemajuan numismatik dan sejarah panjang akulturasi budaya.
- Ia menekankan pentingnya menjaga jati diri budaya di era digital serta mengembangkan budaya sebagai kekuatan ekonomi.
- USK menawarkan kerja sama strategis untuk digitalisasi manuskrip, pusat riset budaya digital, dan penguatan identitas budaya Aceh melalui inovasi teknologi.
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Sara Masroni | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Menteri Kebudayaan RI, Dr Fadli Zon MSc menyoroti peran sentral Aceh dalam peradaban nusantara. Ia juga secara tegas memposisikan Aceh di atas peta sejarah, lebih maju dibandingkan kerajaan dan kesultanan lainnya.
“Aceh punya satu peradaban yang maju. Dibandingkan kerajaan dan kesultanan di daerah lain,” kata Fadli Zon saat Kuliah Umum Dialog Budaya dalam rangkaian Festival Gerakan Kebudayaan Indonesia (Gayain) 2025 di Gedung AAC Dayan Dawood, Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, Senin (24/11/2025).
Menteri Kebudayaan RI itu mengatakan, kemajuan tersebut tercermin dalam bidang numismatik. Ia mencontohkan dari koleksi koin Samudra Pasai yang ia miliki. "Koin Aceh itu cukup maju. Pada masa itu, banyak koin kesultanan di berbagai tempat bahanya sederhana. Aceh selain koin emas, perak hingga timah. Itu menunjukkan dari sisi numismatik, ekspresi budaya dari material," jelas Fadli Zon.
Ia juga menekankan, Aceh memiliki sejarah panjang sebagai titik akulturasi budaya. Menteri Fadli Zon mengenang bagaimana kedekatannya dengan sejarah Aceh, terutama melalui koleksi pribadinya. "Aceh ini punya sejarah panjang, saya pertama kali ke Aceh 1993 bertemu aktivis, ulama di Aceh. Termasuk Ali Hasyimi berkali-kali," ujarnya.
Di sisi lain, Fadli Zon menjelaskan bahwa kementerian yang dipimpinnya baru berdiri pertama kali sejak Indonesia merdeka, lahir sebagai komitmen Presiden Prabowo untuk membangun pondasi kebudayaan yang kuat. Ia mengakui banyaknya Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diselesaikan.
Menjawab tantangan masa depan, Fadli Zon menekankan pentingnya memanfaatkan aset budaya yang besar. “Konsekuensi dari era digital adalah globalisasi. Dan tantangannya bagaimana mempertahan jati diri kita, tapi tetap relevan di tengah globalisasi,” ujarnya.
Ia melihat potensi besar untuk mengkapitalisasi warisan ini. "Modal budaya kita besar. Ke depan kita akan ditantang memanfaatkan budaya menuju industri budaya dan ekonomi budaya. Kita ini salah satu yang tertua di dunia," tutupnya.
Sementara Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kewirausahaan USK, Prof Dr Mustanir MSc mengatakan, kekayaan tradisi Aceh harus bergerak progresif melalui inovasi dan teknologi agar tetap menjadi kekuatan. Untuk itu, pihaknya menawarkan beberapa gagasan strategis. “USK siap membangun pusat riset dan konservasi digital yang mengelola digitalisasi manuskrip, museum virtual, hingga laboratorium bahasa daerah,” ucap Prof Mustanir.
Baca juga: Peternak di Aceh Besar Diedukasi Cara Inovasi Pakan Ternak Berbasis Teknologi oleh FP USK
Dikatakan, USK juga mengusulkan kerja sama untuk penyelamatan manuskrip Aceh yang tersebar di gampong dan dayah melalui restorasi dan digitalisasi berbasis komunitas. Secara khusus, kampus ini menawarkan penyusunan modul dan riset nasional tentang etika digital Islami berbasis kearifan lokal Aceh.
Menurutnya, inisiatif ini dinilai sangat krusial di era modern. “Untuk itulah, dengan dukungan Kementerian Kebudayaan, USK siap menjadi pusat kajian dan inkubasi strategi budaya digital yang memadukan Islam, adat Aceh, dan teknologi. Model ini dapat menjadi contoh nasional dalam menjaga identitas budaya di era modern,” pungkasnya.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Fadli-Zon-bersama-Mustanis-Dialog-Budaya.jpg)