Berita Internasional

Cadas! Demo Fenomenal di Nepal Ternyata Dipicu Pidato Seorang Siswa SMA

“Kita terbelenggu oleh rantai pengangguran. Kita terjebak oleh permainan partai politik yang egois," tukas siswa SMA ini. 

Editor: Saifullah
Instagram @lbj_jakarta
HELIKOPTER EVAKUASI MENTERI - Evakuasi menteri Nepal yang terjebak dalam aksi demonstrasi terpaksa dilakukan melalui udara dengan helikopter. Ternyata aksi demo besar-besaran yang memaksa Perdana Menteri (PM) dan Presiden Nepal mundur itu dipicu pidato seorang siswa SMA dalam sebuah acara di sekolahnya. 

“Kita terbelenggu oleh rantai pengangguran. Kita terjebak oleh permainan partai politik yang egois," tukas siswa SMA ini. 

SERAMBINEWS.COM, KATHMANDU - Nepal diguncang oleh gelombang demonstrasi besar-besaran yang berujung pada kerusuhan dan korban jiwa.

Namun, siapa sangka bahwa pemicu awal dari gerakan rakyat ini berasal dari pidato seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), Abiskar Raut--atau dikenal juga sebagai Avishkar Raut.

Pidato penuh semangat yang ia sampaikan dalam acara tahunan sekolahnya pada Maret 2025.

Kini sekolahnya menjadi simbol perlawanan generasi muda terhadap ketidakadilan dan korupsi yang mengakar di negeri Himalaya itu.

Abiskar Raut, ketua kelas di Holy Bell English Secondary School, berdiri di podium sekolahnya dalam acara tahunan ke-24 pada 14 Maret 2025.

Di hadapan guru, siswa, dan tamu undangan, ia menyampaikan pidato yang menyentuh hati dan membakar semangat.

Baca juga: Demo di Nepal Berakhir Usai 51 Orang Tewas, Gen Z Bersih-Bersih Jalan dan Kembalikan Barang Jarahan

Video pidato tersebut baru viral beberapa bulan kemudian, tepat saat ketegangan sosial di Nepal mulai meningkat.

“Hari ini saya berdiri di sini dengan mimpi membangun Nepal yang baru, dengan api harapan dan semangat yang membara dalam diri saya,” ucap Raut dalam pidatonya.

Ia melanjutkan dengan nada getir, menggambarkan bagaimana mimpi itu mulai redup karena realitas yang dihadapi generasi muda: pengangguran, permainan politik, dan korupsi yang merajalela.

“Negara ini hanya meminta kejujuran, kerja keras, dan kontribusi dari kita. Namun apa yang kita lakukan?” tandasnya.

“Kita terbelenggu oleh rantai pengangguran. Kita terjebak oleh permainan partai politik yang egois," tukas siswa SMA ini. 

Baca juga: VIDEO Geger! Kerusuhan Massal di Nepal Tewaskan 51 Orang, Ribuan Napi Kabur dan Jarah Senjata

Korupsi telah tumbuh dalam jaring yang memadamkan cahaya masa depan kami,”ucap Raut.

Pidato tersebut ditutup dengan seruan yang kini menjadi slogan gerakan rakyat: “Nepal adalah milik kita, dan masa depannya ada di tangan kita. Jai Yuga! Jai Nepal!”

Video pidato Raut menyebar cepat di tengah kebijakan kontroversial Pemerintah Nepal yang memblokir 26 aplikasi media sosial, termasuk Facebook dan YouTube.

Larangan ini memicu kemarahan generasi muda yang merasa dibungkam dan dikekang dalam menyuarakan aspirasi mereka.

Awalnya, demonstrasi hanya menuntut pencabutan larangan media sosial.

Baca juga: Nepal Bergolak hingga PM Mundur dan Presiden Kabur, Pengamat: Alarm Bagi Pejabat Indonesia

Namun, seiring waktu, aksi tersebut berkembang menjadi gerakan anti-pemerintah yang menuntut reformasi menyeluruh dan pengunduran diri para pemimpin negara.

Sejak Senin, 8 September 2025, demonstrasi berubah menjadi kerusuhan.

Bentrokan antara massa dan aparat keamanan terjadi di berbagai kota.

Sedikitnya 30 orang dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.

Gedung parlemen Nepal dibakar, begitu pula kediaman pribadi Perdana Menteri, KP Sharma Oli.

Rumah mantan Perdana Menteri, Jhalanath Khanal di Dallu, juga menjadi sasaran amuk massa.

Baca juga: VIDEO Demo Nepal Ricuh! Ribuan Narapidana Kabur hingga Elite Undur Diri

Ironisnya, istri sang eks Perdana Menteri, Rajyalaxmi Chitrakar, tewas dalam kebakaran tersebut.

Desakan publik akhirnya memaksa Perdana Menteri Oli dan Presiden Ram Chandra Poudel untuk mundur dari jabatannya.

Tentara Nepal pun mengambil alih kendali penuh atas Bandara Internasional Kathmandu dan Gedung Sekretariat untuk menstabilkan situasi.

Pidato Abiskar Raut telah menjadi simbol kebangkitan generasi muda Nepal.

Seruannya agar anak-anak muda menjadi penggerak perubahan menggema di seluruh negeri, melampaui batas ruang kelas dan menjadi suara revolusi.

Baca juga: VIDEO Demo di Nepal Berlanjut Meskipun PM Mundur, Mahasiswa Tuntut Berantas Korupsi Hingga ke Akar

“Kalau bukan kalian yang bersuara, siapa lagi? Kalau bukan kalian yang membangun bangsa ini, siapa lagi?” ucapnya.

“Kita adalah api yang akan membakar habis kegelapan. Kita adalah badai yang akan menyapu bersih ketidakadilan dan membawa kemakmuran.”

Gerakan ini menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari suara kecil--bahkan dari seorang siswa SMA yang berani bermimpi dan menyuarakan harapan.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved